Rabu, 28 Maret 2012

PROPOSAL PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis.  Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
2.      Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.
3.      Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya.  Dengan demikian peserta didik memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya. (Depdiknas, Standar Kompetensi Bahasa Inggris, 2006).
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa  sebagaian besar lulusan sekolah menengah belum memiliki kemampuan yang memadai untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Lulusan sekolah menenengah memang telah mampu menyelesaikan soal ujian Bahasa Inggrisnya sehingga dia dianggap memiliki kemampuan tertentu yang dianggap sebagai syarat untuk lulus sekolah.  Tetapi kemampuan menyelesaikan soal ujian tidak identik dengan kemampuan berkomunikasi, terlebih lagi komunikasi lisan.  
Faktor factor seperti jumlah siswa dalam kelas, ketrampilan guru, fasilitas dan lingkungan sekolah belum mendukung ketercapaian pembelajaran bahasa Inggris untuk ketrampilan komunikasi lisan. Pencipataan lingkungan yang memungkinkan untuk penerapan bahasa Inggris setiap saat, setiap hari dan dari waktu ke waktu memang tidak mudah.  Untuk pajanan dan penciptaan lingkungan yang mendukung diperlukan keterlibatan banyak pihak. Keterlibatan yang menuntut kemauan dan kemampuan.  Apabila kemauan ini hanya berasal dari guru bahasa Inggris, maka akan menjadi sangat mustahil.  Dukungan harus dari semua pihak yang berada dalam lingkungan yang akan digunakan untuk penerapan bahasa Inggris.  Kepala sekolah, guru guru pengampu mata pelajaran lain, karyawan dan terutama siswa harus terlibat didalamnya.

B.     Masalah Penelitian
Sekolah Pertanian Pembangunan adalah sekolah menengah kejuruan yang menghasilkan lulusan tenaga terampil tingkat menengah dalam bidang pertanian.  Dilihat dari kemampuan teknisnya, lulusan SPP siap memasuki dunia kerja dalam bidangnya.  Peluang kerja tersebut sebenarnya tidak hanya ada didalam negeri.  Dinegara lain, peluang untuk bekerja di peternakan atau pertanian sangatlah luas.  Tetapi untuk bekerja dinegara lain, salah satu syaratnya adalah penguasaan bahasa Inggris.
Tetapi Bahasa Inggris selama ini hanya dianggap sebagai salah satu mata pelajaran sekolah dan dipelajari hanya sebatas untuk menjawab soal ujian.  Jadi seperti juga lulusan sekolah lain, lulusan SPP tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik.  Akibatnya peluang untuk bekerja menjadi lebih sempit.
Kesadaran perlunya kemampuan berbahasa Inggris memang masih kurang. Hal ini diperparah oleh lingkungan yang tidak mendukung untuk penerapan bahasa Inggris dalam  komunikasi sehari hari. 
Akan tetapi penetapan delapan SPP menjadi SMK RSBI membuat seluruh civitas akademika SPP dituntut untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.  Oleh karena itu, usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris didukung semua pihak.  Jadi penerapan English Area di lingkungan SPP dapat berjalan dengan baik sesuai harapan.  Karena tuntutan kemampuan berkomunikasi tidak hanya pada siswa atau guru bahasa tetapi segenap civitas akademika di SPP.

C.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah ingin memverifikasi peningkatan kemampuan komunikasi bahasa Inggris  melalui strategi pembelajaran dilaboratorium bahasa dan dengan penerapan English area.  Secara operasional tujuan penelitian menguji perbedaan peningkatan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris siswa yang dibelajarkan dilaboratorium bahasa dan siswa yang dibelajarkan dengan penerapan English area.
Diharapkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa meningkat dengan penerapan English area. Penerapan English area lebih bisa diterapkan  karena kapasitas laboratorium bahasa di SPP hanya untuk 30 orang.

D.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis sebagai arahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris pada siswa yang dibelajarkan dengan penerapan English area dibandingkan dengan menggunakan laboratorium bahasa.

E.     Pentingnya Penelitian
Pemilihan strategi pembelajaran bahasa Inggris sangat penting untuk menentukan strategi yang paling efisien dalam proses pembelajaran.  Melalui pemilihan strategi pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat pada beberapa pihak.  Beberapa manfaat yang dapat dicapai adalah:
1.      Bagi tutor pembelajaran bahasa Inggris, hasil penelitian ini bisa diterapkan untuk proses tutorial di sekolahnya.  Terutama untuk sekolah yang dikelola dengan system asrama.
2.      Bagi pebelajar, hasil penelitian ini bisa meningkatkan motivasi untuk mempraktekkan bahasa Inggris dalam kegiatan sehari hari agar peningkatan kemampuan bahasa Inggris menjadi lebih cepat. Dengan kemampuan yang memadai untuk berkomunikasi, diharapkan wawasan warga belajar akan menjadi lebih luas dan kompetensi untuk bersaing dalam dunia pendidikan dan dunia kerja akan lebih tinggi.
3.      Bagi SPP Pelaihari, hasil penelitian diharapkan menjadi formula yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswanya.  Kemampuan siswa dalam bahasa Inggris adalah salah satu indikator penilaian bagi sekolah rintisan sekolah bertaraf internasional.
4.      Bagi perkembangan teknologi pembelajaran, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah penerapan strategi pembelajaran di lingkungan tertentu.

F.      Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian sebagai pijakan berpikir dan bertindak adalah sebagai berikut:
1.      Metode pembelajaran bahasa Inggris menggunakan laboratorium bahasa dan penerapan English area dapat dipahami oleh guru dan oleh siswa
2.      Metode pembelajaran dengan laboratorium bahasa adalah metode yang memungkinkan siswa belajar dari suara ‘native speaker’ dari CD atau kaset, tetapi kapasitas laboratorium sangat terbatas
3.      Metode pembelajaran di laboratorium memerlukan bantuan pembimbing khusus
4.      Metode pembelajaran di laboratorium sebagai jam tambahan memungkinkan untuk menimbulkan kejenuhan karena padatnya jadwal siswa
5.      Metode pembelajaran dengan penerapan English area membuat siswa akan termotivasi untuk belajar dan lebih banyak bertanya kepada guru maupun teman sehingga akan meningkatkan kemampuan komunikasinya
6.      Metode pembelajaran dengan penerapan English area memaksimalkan potensi guru non bahasa Inggris untuk membantu pengembangan bahasa siswa SPP Pelaihari
7.      Metode pembelajaran dengan penerapan English area akan meningkatkan kemampuan komunikasi yang diukur dengan tes TOEIC meskipun siswa tidak belajar dari ‘suara native speaker’

G.    Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi penggunaan metode pembelajaran diluar kelas klasikal yaitu pembelajaran di laboratorium bahasa dan penerapan English area di lingkungan kelas. 
Penelitian ini terbatas pada dua aspek, yaitu (1) eksperimen terbatas selama waktu dua bulan, (2) instrument pre tes dan pos tes yang digunakan adalah tes TOEIC yang telah terstandar

H.    Definisi Operasional
1.      English area adalah metode berlatih bahasa yang mewajibkan orang yang berada di area yang ditetapkan wajib menggunakan bahasa Inggris.  Dalam penelitian ini diterapkan wajib hanya untuk siswa. Guru dianjurkan menggunakan bahasa Inggris terutama untuk komunikasi non materi pelajaran.
2.      Tes TOEIC adalah tes terstandar untuk mengukur kemampuan komunikasi bahasa Inggris


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang wajib diajarkan disekolah, peranannya sangat penting, bukan hanya sebagai jembatan komunikasi pergaulan internasional, namun juga merupakan salah satu alat penting dalam memahami sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.  Belajar bahasa Inggris merupakan sebuah proses atau system yang tidak bisa dilepaskan dari komponen komponen lain yang saling berintegrasi.  Salah satu komponen tersebut adalah pajanan lingkungan yang memungkinkan siswa secara alami bisa berkomunikasi lisan.  Dalam kegiatan pembelajaran bahasa tersebut memiliki peranan sebagai alat pengantar kegiatan pembelajaran, khususnya disekolah sekolah yang sudah berstandar internasional.
Untuk menjawab kebutuhan terhadap penguasaan bahasa Asing (pada pelajaran bahasa Inggris), kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan (Dardjowidjojo, 2000). Dimulai dengan pendekatan tata bahasa dan terjemahan (1945), oral (1968), audio-lingual (1975), komunikatif (1984), dan kebermaknaan (1994). Perubahan drastis dalam tahap perumusan kurikulum standar terjadi di tahun 1984 saat pengajaran bahasa Asing bergeser dari behaviorism menuju konstruktivisme. Bahasa dipandang sebagai suatu fenomena sosial, dan pengajaran bahasa seharusnya lebih menekankan pada penggunaan, bukan pada struktur bahasa. Mengacu paradigma baru ini, Kurikulum 1984 dan 1994 bercita-cita membangun kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Asing secara aktif.
Undang undang system pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 39 dan 42 menyebutkan bahwa Bahasa Inggris dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik, sehingga semua jenjang kurikulum di Indonesia  memasukkan mata pelajaran tersebut sebagai mata pelajaran wajib.
Djiwandono (1996:7) mengemukakan bahwa bahasa Inggris juga disebut sebagai bahasa asing yang pertama (the first foreign language).  Kedudukan sebagai bahasa asing pertama, memiliki kaitan yang sangat erat dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta lowongan keja yang ada sekarang.  Oleh karena itu, bahasa ini wajib diajarkan disatuan pendidikan menengah sampai perguruan tinggi.  Bahkan, di beberapa satuan pendidikan dasar, dijadikan sebagai muatan local wajib.
Jannah (2007:3) mengemukakan bahawa bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran  yang memerlukan beberapa macam tingkatan literasi untuk mempelajarinya secara optimal, yaitu: 1) tingkat performatif, pebelajar bahasa Inggris diharapkan mampu membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara dengan menggunakan symbol symbol yang digunakan, 2) tingkat functional, pebelajar dituntut mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk, 3) tingkat informational, pebelajar diharapkan mampu mengakses pengetahuan berbekal kemampuan bahasa Inggris ,4) tingkat epistemic, pebelajar diharapkan mampu mengungkapkan pengetahuan kedalam bahasa sasaran.

A.    Sifat Bahasa
Bahasa adalah medium yang paling penting dalam komunikasi manusia.  Bahasa itu bersifat unik bagi manusia dan sekaligus universal. Dalam kenyataan kegiatan sehari hari kita amati bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya.
Semua unit linguistic ini menggambarkan sejumlah besar karakteristik yang universal.  Misalnya saja, setiap bahasa mempunyai bunyi vocal dan konsonan.  Setiap bahasa mempunyai fonem dan ciri pembedanya serta karakteristik  distribusionalnya. Begitu juga setiap bahasa mempunyai kata kata fungsi dan kata kata isi dan dapat mengubah kata kata isi tertentu menjadi kata kata isi lain melalui prosedur morfologis seperti konjungsi, deklensi dan derivasi.  Pada tingkat konstituen, dalam semua bahasa kita bisa membedakan konstituen nominal dan verbal, dan hubungannya sintaktik yang bisa dibandingkan ada diantara dua jenis kostituen nominal dan verbal dan hubungan sintatiknya yang bisa dibandingkan ada diatara dua jenis konstituen ini seperti subyek, obyek, predikat.  Pada tingkat kalimat, dalam bahasa manapun dimungkinkan melakukan beraneka tingkah ujaran, misalnya pertanyaan vs pernyataan, tingkat ujaran kalimat langsung vs tak langsung. Begitu pula dimungkinkan untuk menghubungkan kalimat satu sama lain lewat koordinasi atau sub ordinasi.  Pada akhirnya kalimat Tanya bisa digabung menjadi teks, misalnya dalam bentuk monolog atau dialog (Hamied, 1997).

B.     Belajar Bahasa
Teori belajar bahasa perkembangan dari psikologi behavioristik ke psikologi mentalistik sangat penting adanya.  Teori behavioris secara eksklusif berdasarkan atas  tingkah laku yang teramati dalam pemerian dan penjelasan tingkah laku belajar, sedangkan teori mentalistik  berdasarkan struktur dan mekanisme otak bagi pemerian dan penjelasan semacam itu. Gagasan behavioristik tentang belajar bahasa terutama didasarkan pada satu teori belajar, yang fokusnya terutama pada peranan lingkungan baik verbal maupun nonverbal.  Gagasan mentalistik tentang belajar bahasa didasarkan terutama atas asumsi linguistic yang sifatnya teoritikal, yang fokusnya pada kapasitas bawaan dari seorang anak untuk belajar bahasa (Hamied, 1997).

C.       Pembelajaran Bahasa Inggris
a.       Bahasa pertama dan bahasa kedua mungkin dipelajari secara bersamaan atau secara berurutan
b.      Jika secara berurutan, bahasa kedua mungkin dipelajari pada usia yang beraneka: bisa dipelajari oleh anak anak, remaja atau dewasa
c.       Bahasa kedua bisa dipelajari dalam lingkungan bahasa pertama atau bahasa kedua; pada lingkungan bahasa pertama; bahasa kedua itu biasanya dipelajari melalui pengajaran, sedangkan pada lingkungan bahasa kedua, bahasa kedua dipelajari melalui kontak verbal dengan penutur asli dalam lingkungan yang alamiah walau sering pula dibarengi dengan pengajaran
d.      Belajar bahasa kedua mungkin berkaitan dengan perkembangan berbagai ketrampilan linguistic, misalnya lisan vs tulisan, ketrampilan produksi vs reseptif (Hamied 1997)
Pajanan dan penciptaan lingkungan merupakan suatu factor yang amat penting dalam pembelajaran bahasa.  Kondisi yang demikian memungkinkan masukan (input) yang diterima siswa maksimal dan dipahami karena adanya lingkungan yang mendukung dan siswa terlibat dalam situasi komunikasi yang nyata dan menarik (Krashen, 1982).  Krashen lebih jauh menyatakan kelas tidak dapat menyediakan masukan yang terpahami (comprehensible input) bagi pemerolehan bahasa.
Pembelajaran bahasa Inggris dikelas sebaiknya diupayakan menyerupai pembelajaran bahasa kedua yang alamiah, memfasilitasi dan membantu perkembangannya.   Namun, pelaksanaannya sulit dimaksimalkan dengan alokasi waktu pembelajaran minimal.
Salah satu tujuan pembelajaran bahasa adalah membekali siswa dengan kemampuan bekomunikasi agar ia bisa mengatasi masalah masalah yang yang muncul didalam situasi kehidupan sebenarnya.  Kelas hanya sebagian kecil dari dunia nyata, sedangkan wilayah lebih luas berada diluar kelas dan diluar sekolah.
Pendekatan kebermaknaan meyakini bahwa pada dasarnya pemerolehan bahasa didahului oleh bahasa lisan, dan bahasa tulis sangat sulit berkembang bila bahasa lisan belum dikuasai. Karena itu pembelajaran lebih dahulu harus diarahkan ke komptensi bahasa lisan.

D.    Pembelajaran Bahasa Inggris di Tingkat Menengah
Secara alamiah pemerolehan bahasa didahului oleh bahasa lisan dan bahasa tulis sangat sulit berkembang jika bahasa lisan belum dikuasai.  Berbagai penelitian pemerolehan bahasa menunjukkan bahwa apa yang diperoleh anak pada masa awal belajar bahasa adalah bahasa yang fungsional, yang bersifat penyerta tindakan (language accompanying action). Ini terkadang disebut sebagai ‘kurikulum alamiah’, yakni belajar bahasa lisan dahulu kemudian bahasa tulis, yang sering tidak sejalan dengan kurikulum sekolah.Pertimbangan tersebut mewarnai kurikulum ini dalam hal penekanan bahasa lisan di kelas 1 SMP dan semakin meningkat pada penekanan bahasa tulis dikelas 3 SMA.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk membandingkan efektivitas penerapan English area dan pembelajaran tambahan di laboratorium bahasa Inggris di SPP Pelaihari adalah quasi experimental.  Experimen semu (quasi experimental) yaitu penelitian eksperimen yang kurang murni, karena tidak bisa sepenuhnya melakukan control. (Furchan, 2001).  Untuk memperkecil kelemahan kelemahan dengan penggunaan rancangan penelitian ini dilakukan upaya upaya sebagai berikut:
a.       Pendidik yang mengajar dikelas pada pembelajaran klasikal adalah orang yang sama
b.      Siswa yang dipilih adalah siswa yang didalam pra test mendapatkan skor yang tidak berbeda nyata

1.      Variabel Penelitian
a.       Variabel bebas
Variabel bebas adalah variable yang dimanipulasi dan diamati pengaruhnya terhadap variable terikat, dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran. Variabel bebas yang dipilih adalah strategi pembelajaran dengan penerapan English Area dan penggunaan laboratorium bahasa
b.      Variabel terikat
Variabel terikat yang diamati sebagai pengaruh variable bebas yang digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris. Peningkatan diukur berdasarkan skor hasil post test yang dilakukan diakhir perlakuan pembelajaran.


c.       Variabel moderator
Variabel yang dipertimbangkan pengaruhya karena bisa mempengaruhi hasil penelitian.  Misalnya adalah tingkat keaktifan siswa dalam belajar mandiri.
d.      Variabel control
Variable control adalah variable selain variable manipulasi yang keberadaannya diduga berpengaruh terhadap tingkat kesahihan internal, sehingga perlu diupayakan keberadaannya tidak berbeda secara sistematis. Variabel ini meliputi kemampuan awal siswa, waktu pemberian perlakuan, minat siswa terhadap program dan lain lain.
Upaya dilakukan agar pengaruh variable variable tersebut relative kecil, yaitu:
1)      Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru yang sama, baik kelompok yang mendapat perlakuan dengan penerapan English area maupun kelompok yang mendapat pembelajran di laboratorium bahasa
2)      Kemampuan awal ketiga kelompok diusahakan sama yaitu dengan jalan menguji perbedaan rata rata skor pra tes yang diberikan sebelum diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda

B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas satu program studi kesehatan hewan SPP Pelaihari.  Siswa kelas satu kesehatan hewan A mendapatkan tugas untuk menerapkan English area dan siswa kelas B sebagai subyek dalam pembelajaran di laboratorium bahasa.  Pembelajaran dilakukan selama kurun waktu dua bulan. Subyek yang mendapat perlakuan pembelajaran di laboratorium, setiap sore menerima pembelajaran tambahan selama satu jam setiap hari senin sampai sabtu.  Sedangkan English area diberlakukan di jam pelajaran sekolah untuk komunikasi non kependidikan.

C.     Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua instrument penelitian yang digunakan sebagai alat untuk mengukur variable penelitian, yaitu: (1) instrument pra tes, (2) instrument post tes.
Instrument tes yang diberikan adalah tes kemampuan TOEIC siswa. Instrument ini dipilih karena dianggap cukup memiliki kesesuaian untuk mengukur kemampuan komunikasi bahasa Inggris seseorang.
Pra test diberikan sebelum penelitian dilakukan. Penelitian dilakukan selama 2 bulan.  
D.    Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah tes TOEIC. Tes dilakukan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.  Perbedaan nilai tes dianggap hasil dari perlakuan.
E.     Analisis Data
Analisis statistic yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistic inferensial parametric, yaitu analisis varian (ANOVA). Analisis statistic deskriptif mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Analisis deskriptif akan menampilkan data perolehan belajar siswa pada kedua metode pembelajaran.
Analisa varian terutama untuk menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian dan hipotesis hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.




DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
DEPDIKNAS. 2008, Standar Kompotensi Bahasa Inggris SMA, direktorat Pembinaan sekolah menengah Atas. Jakarta.
Djiwandono, S. 1996. Sambutan promoter Wido Toendan Untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Bidang Studi Bahasa Inggris. IKIP Malang.
Harmer, Jeramy.2000. How to Teach English, Harlow:Addition-Wesley. Longman Ltd.
Haryono, S. 2001.Interaksi Social dalam Pembelajaran Bahasa Asing. JIBS
Suherman, A. Pembelajaran Bahasa Asing. UPI
Susanto, 2004. Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian. Penerapan English Hours dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar.
Tim, Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Negeri Malang.
---------------- 1988. Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing. Jakarta. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

1 komentar: