Minggu, 10 September 2023

Refleksi Dwi mingguan 2.3

     Sebelum saya belajar tentang coaching dalam supervisi akademik, saya lebih banyak menjadi mentor bagi teman maupun murid. Apabila ada rekan sejawat yang berdiskusi tentang permasalahannya, saya selalu memberikan saran saran berdasarkan pengetahuan dan pengalaman saya selama di SMKN PP Pelaihari.

    Saya juga tidak menerapkan metode coaching ini saat ada masalah dengan siswa. Saya semester sebelumnya masih sering menerapkan hukuman bagi siswa yang terlambat masuk kelas atau praktik dalam pembelajaran.



    Saat saya belajar tentang paradigma dan cara berpikir coaching, saya jadi punya pemikiran yang berbeda. Seseorang akan lebih berkembang saat digali potensinya, bukan di salahkan. Seseorang juga bisa berkembang dengan bantuan untuk menemukan pemikiran pemikiran dirinya sendiri. Orang lain bisa membantu dengan melakukan coaching, bukan memberikan penilaian atau menyalahkan.
    Seseorang juga akan merasa tidak nyaman saat dinilai, jadi supervisi akademik akan menjadi sesuatu yang menegangkan bagi guru. Namun dengan teknik coaching, dimana tujuannya adalah mengembangkan coachee, tentu supervisi akademik akan menjadi sesuatu yang berbeda.
    Coaching juga bisa dilakukan pada murid yang ingin berkembang. misalnya pada saat mereka ingin mengembangkan bakat non akademik, atau juga menyelesaikan persoalan pribadinya.


Dengan pengetahuan tentang coaching ini, maka ke depannya ada hal baru yang bisa saya terapkan di sekolah. Saya bisa mengembangkan siswa dan rekan sejawat melalui aplikasi metode coaching ini.