Sabtu, 04 Agustus 2012

PEMBUATAN HAY

Produksi hijauan disaat berlimpah hendaknya disimpan dengan berbagai cara pengawetan antara lain dibuat menjadi hay.  Di negara negara maju, hay dibuat dari hijauan dikeringkan dan  lalu  digulung dengan menggunakan mesin. 
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan mengeringkan hijauan baik menggunakan sinar matahari maupun menggunakan mesin pengering. Kandungan air hay ditentukan maksimal sebesar 15-20%, hal ini dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur akan merusak kualitas hay sehingga tidak  disukai ternak dan tidak bisa diberikan pada ternak karena adanya mikotoksin. Toleransi kandungan air hay tergantung pada kelembaban, kepadatan gulungan dan sirkulasi udara.
Tujuan pembuatan hay adalah untuk penyediaan hijauan untuk pakan ternak pada saat ketersediaan hijauan segar berkurang.
Di negara negara sub tropis hay dan silase merupakan pakan yang dapat diperjual belikan jadi merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan.  Tetapi hay relatif mudah untuk pengangkutan dibandingkan silase. Hay tidak memerlukan kondisi anaerob selama penyimpanan dan pengangkutan.
Proses pengeringan yang berlangsung terlalu lama akan mengakibatkan kehilangan nutrisi dan memudahkan tumbuhnya jamur. Pengeringan yang berlebihan juga akan menurunkan kualitas hay karena daun mudah patah. Pada saat pengeringan kandungan karoten hijauan akan turun dari 150-200 mg/kg pakan menjadi 2-20 mg/kg pakan. Tetapi pengeringan dengan sinar matahari bermanfaat untuk iradiasi pro vitamin D hijauan. Kehilangan nutrien mudah larut juga bisa terjadi bila selama pengeringan terjadi hujan.
Pengeringan dengan sinar matahari bisa dengan menghampar hijauan di lahan, dengan menggunakan para para atau kaki tiga (tripod).
Pemotongan hijauan untuk dibuat hay, yang terbaik adalah saat hijauan menjelang berbunga.  Tetapi untuk pembuatan hay diperlukan sinar matahari sehingga pemotongannya harus mempertimbangkan keadaan cuaca.
Gambar 4.3. Pembentukan pellet dari hay. Sumber sunhat.com
Pembuatan hay dengan mesin pengering memerlukan biaya besar dan kurang ekonomis. Di negara maju pembuatan hay dengan mesin pengering dilakukan pada hijauan tertentu seperti alfalfa.  Proses ini dilakukan dengan pemanasan pada suhu 1500C selama 20-50 menit atau pada suhu 500-1000 0C selama 0,5 -2 menit. Dengan pemanasan tersebut kadar air produk menjadi 5-10%. Setelah proses pengeringan kemudian bisa dilanjutkan pembentukan tepung, pellet atau wafer.  Produknya bisa diberikan pada unggas, babi maupun ruminansia.
Semakin cepat proses pengeringan berlangsung hay akan makin baik. Tetapi apabila tidak tersedia pengering dan cuaca kurang mendukung untuk proses pengeringan, maka penambahan bahan pengawet mungkin diperlukan.  Adapun macam macam pengawet yang dapat dipakai antara lain garam dapur, asam propionat dan amonia cair.
Garam sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan uap air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan pertumbuhan jamur.  Asam propionat berfungsi sebagai fungisidal dan fungistalik yaitu mencegah dan memberantas jamur yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh.  Pemberiannya adalah sebanyak 1% dari berat hijauan yang dipak. Amonia cair juga berfungsi sebagai fungisidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan kecernaan hijauan tersebut dan memberikan tambahan N bukan protein.  Penggunaan pengawet memungkinkan hay disimpan dalam kadar air yang lebih tinggi.
Setelah dalam penyimpanan, gas amonia juga bisa digunakan untuk memperbaiki nutrien hay.  Caranya sama dengan yang dilakukan untuk yang biasa dilakukan pada jerami. Hay yang ada di wadah  disemprot dengan gas amonia melalui lobang.
Gambar 4.4. Hay yang berkualitas tinggi (kiri) dan rendah (kanan)  http://en.wiki pedia.org/wiki/hay
Rata rata hay memiliki kandungan serat kasar 25 – 32%  dan TDN 45-55%.  Hay yang berkualitas baik memiliki ciri ciri sebagai berikut:
Ø  Warnanya hijau kekuningan dan cerah
Ø  Baunya tidak tengik
Ø  Tekstur/keadaan fisiknya tidak terlalu kering, sehingga tidak mudah patah
Ø  Tidak berjamur atau ada kontaminasi pasir, tanah dll
Jika dibandingkan dengan silase, hay lebih mudah ditangani pada saat penyimpanan dan pengangkutan karena tidak memerlukan kondisi anaerob.  Disamping itu, hay lebih ringan untuk diangkut karena kadar airnya rendah.
Tetapi bila penanganan tidak tepat, akan lebih banyak daun yang hilang. Hay mudah terbakar , jika disimpan di gudang yang suhunya diatas 600C, resiko kebakaran lebih tinggi.  Pembuatan hay secara konvensional memerlukan panas matahari sehingga tergantung pada kondisi cuaca.
Anonimous, 2012. Determine The Characteristics of Good Silage and The Steps in Producing It.  http://forages.oregonestate.edu/nfgc/eo/onlineforagecurriculum /instructurmaterials/availabletopics/mechaninalharvest/silage

Cullison, A.E. & Lowrey, R. S. 1987.  Feeds and Feeding. Fourth Edition. A Resto Book Prentice Hall. Englewood Cliffs.

Drake, D.J. Nader, G., Forero, L. 2011.   Feeding Rice Straw to Cattle. University of California.

 Ensminger, M.E.  1990.  Animal Science. 8th Ed. Interstate Publisher, Inc. Dannville

Kartasudjana, D.  2001. Mengawetkan Hijauan Pakan Ternak. Modul Keahlian Budidaya Ternak. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

McDonald, P, et al.  1987. Animal Nutrition. Fourth edition. Longman Group,LTd.

Nista, D. dkk. 2007.  Teknologi Pengolahan Pakan: UMB, fermentasi jerami,amoniasi jerami, silage, hay. http://bptu_sembawa.net/VI/data/download/20090816160949.pdf.

Parakkasi, A. 1999.  Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan.  UI Press. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar