ANALISA HASIL
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
DI UNIVERSITAS QUEENSLAND BRISBANE AUSTRALIA
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Muh. Dimyati, MPd
Prof. Dr. Moh.
Efendi, MPd, MKes
Dr. Sulton, MPd
DISUSUN OLEH
Hariyatun
NIM 100121508075
I.
TEORI
PEMBELAJARAN DENGAN METODE CONTENT AND LANGUAGE INTEGRATED LEARNING (CLIL)
Metode
CLIL didasari oleh teori psikologi Vygotsky. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan
pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem
matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak
dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di
dalam bidang-bidang tersebut.
Vygotsky lebih banyak
menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan
perkembangan si anak. Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh
seorang ahli psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni
suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona
perkembangan proksimalnya. Scaffolding merupakan cara untuk menjembatani siswa
yang mampu tanpa bantuan dan siswa yang mampu dengan bantuan. Guru harus secara
aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini
berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru
menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.
Secara khusus Vygotsky
mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada
perkembangan kognitif anak.berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan
individu (individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif (
cooperative groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan anak.
Gagasan tentang kelompok
kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya ( peer
tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam
pelajaran.
Matriks
CLIL merupakan hasil kerja Cummin (1984) yang merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur dan menganalisa hubungan tugas dengan tingkat kognitif dan bahan
ajar.
II.
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN CLIL DI UQ
Program
pengembangan kemampuan mengajar terutama ditujukan untuk mengajar materi
pertanian dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Materi yang diberikan adalah metode CLIL,
yang memetakan kemampuan siswa dalam bahasa dan kognitif sehingga bisa
diberikan proses pembelajaran yang paling sesuai.
Pembelajaran diberikan dengan materi
kosa kata baru dalam bidang pertanian untuk meningkatkan penguasaan bahasa
Inggris peserta. Disamping itu juga diberikan berbagai instruksi dalam bahasa
Inggris. Peserta dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran.
Dianjurkan penggunaan dwi bahasa hanya
diijinkan untuk pertama kali suatu kata diperkenalkan ke siswa . Penggunaan
bahasa sederhana dan penggunaan gambar berguna untuk peningkatan pemahaman
siswa.
Praktek mengajar dilakukan dengan metode
peer teaching. Peserta saling bergantian menjadi pembelajar dan pebelajar.
Pembelajaran dilakukan dalam bahasa Inggris dan secara berkelompok.
Dalam pembelajaran ilmu pertanian
menggunakan bahasa Inggris ada hal yang menjadi permasalahan, yaitu:
a. Tingkat
kemampuan bahasa Inggris siswa lebih
rendah daripada tingkat kemampuan guru
b. Kemampuan
bahasa Inggris siswa tidak merata, ada yang tinggi ada yang rendah
c. Kemampuan
bahasa Inggris siswa dibawah kemampuan kognitif nya
d. Siswa
perlu dukungan untuk selalu menggunakan bahasa Inggris
e. Kadang
kadang siswa bosan dikelas
f. Kadang
siswa merasa tugas yang harus dikerjakan terlalu sulit
Dalam kelas CLIL tingkat kemampuan
bahasa inggris diharapkan akan sama
dengan tingkat kognitif siswa. Perbedaan ini akan menyulitkan karena jika
mengikuti tingkat kemampuan bahasanya, pembelajaran terhambat. Apabila
mengikuti level kognitifnya, siswa akan kesulitan.
Menurut Smith dan Paterson, penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan bahasa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Guru harus menggunakan bahasa yang sesuai. Tantangan bagi guru CLIL adalah
mengembangkan lingkungan belajar yang bisa dipahami bahasanya tetapi secara kognitif juga sesuai
dengan kemampuan siswanya.
Pada kuadran 1 guru memberikan tugas
yang level kognitif dan level bahasanya rendah. Pada level 2 guru memberikan
tugas level kognitif tinggi tetapi bahasa sederhana. Dan pada kuadran 3, guru
memberi tugas dengan level yang sama tinggi untuk bahasa dan kognitif.
Untuk melakukan pembelajaran tersebut,
seharusnya dilakukan secara bertahap. Untuk anak SPP yang level kognitifnya
lebih tinggi dibandingkan penguasaan bahasanya, maka kuadran 1 berarti tidak
ada tantangan bagi siswa. Oleh karena itu guru lebih baik memberi tugas B dan C
yaitu yang berada di kuadran dua. Jadi siswa mampu mengerjakan tetapi juga
tidak bosan. Apabila siswa telah naik
kemampuan bahasanya, maka guru bisa menggunakan tugas D dimana penyelesaiannya
memerlukan level kemampuan bahasa dan kognitif yang sama sama tinggi.
Penggunaan gambar untuk
menjelaskan konsep juga sangat membantu untuk kelas CLIL. Kalimat yang
sederhana diberikan untuk menjelaskan gambar.
Metode
CLIL ini bisa diterapkan bagi lembaga pendidikan yang akan menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar sebenarnya bukan keharusan bagi lembaga pendidikan tetapi bisa
menjadi nilai lebih. Hal ini karena kemampuan bahasa Inggris seringkali
diperlukan untuk pekerjaan tertentu.
Dengan praktek mengajar dalam bahasa
Inggris, peserta terpacu untuk menunjukkan kemampuan bahasa Inggrisnya.
III.
KESIMPULAN
Secara
teori kelas CLIL akan lebih mudah bila relevan dengan budaya, pembelajarannya
berkelompok, dan akan lebih optimal bila ada dukungan dari lingkungan. Biasanya kelas CLIL memerlukan team teaching
yang berasal dari guru bahasa Inggris dan guru mata pelajaran.
Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. Edisi ketujuh .Terjemahan. Pustaka Pelajar.
Slavin,
R.E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Edisi kedelapan. Terjemahan
oleh Samosir, M. Allyn and Bacon. Boston.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar