Salah
satu kendala pada peternakan ruminansia adalah ketersediaan pakan kasar. Ketersediaan
pakan kasar berkualitas bagi ternak ruminansia di Indonesia sangatlah
fluktuatif. Pada musim hujan, hijauan berproduksi tinggi sehingga melimpah.
Sedangkan pada musim kemarau, hijauan merupakan pakan yang sulit didapat. Salah satu cara untuk mengawetkan hijauan
adalah dengan membuat silase.
a.
Pengertian
Silase adalah pakan yang berbahan
baku hijauan, hasil samping pertanian atau bijian berkadar air tertentu yang
telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat kedap udara selama kurang
lebih tiga minggu. Penyimpanan pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan
silase.
Tempat
penyimpanannya disebut silo. Silo bisa berbentuk horisontal ataupun vertical.
Pada peternakan skala besar, silo biasanya permanen. Bisa berbahan logam berbentuk
silinder ataupun lubang dalam tanah
(kolam beton). Tetapi silo juga bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik
. Prinsipnya, silo memungkinkan untuk
memberikan kondisi anaerob pada bahan agar terjadi proses fermentasi.
Bahan
untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian bagian lain dari
tumbuhan yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume, biji bijian,
tongkol jagung, pucuk tebu, batang nenas dan lain-lain. Kadar air bahan yang
optimal untuk dibuat silase adalah
65-75% . Kadar air tinggi menyebabkan pembusukan dan kadar air terlalu rendah sering
menyebabkan terbentuknya jamur . Kadar air yang rendah juga meningkatkan suhu
silo dan meningkatkan resiko kebakaran.
Jika dibandingkan dengan pembuatan hay, pembuatan silase memiliki
kelebihan yaitu:
Ø Hijauan tidak mudah rusak oleh
hujan pada waktu dipanen
Ø Tidak banyak daun yang terbuang
Ø Silase umunya lebih mudah dicerna
dibandingkan hay
Ø Karoten dalam hijauan lebih terjaga
dengan dibuat silase dibanding hay
Sedangkan kelemahan pembuatan silase adalah perlunya ongkos panen,
perlunya mengisi silo dan biaya pembuatan silo sebagai tempat penyimpanan
b.
Tujuan
Tujuan
pembuatan silase adalah untuk mengawetkan hijauan atau bijian yang berlimpah
untuk digunakan pada saat kesulitan untuk mendapatkan hijauan tersebut. Di negara
yang memiliki 4 musim silase sangat popular bagi peternak ruminansia karena
tanaman hanya berproduksi pada musim tertentu. Jadi silase bisa menjadi
cadangan pakan untuk ternak mereka.
Di
Indonesia, hijauan melimpah pada musim hujan dan kurang pada musim kemarau.
Tetapi pengawetan hijauan seperti dengan pembuatan silase belum banyak
dilakukan oleh peternak skala kecil di negara kita. Akibatnya peternak kita sering mengalami
kesulitan penyediaan pakan bagi ternaknya.
Di
Kalimantan Selatan, salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan dan bisa
digunakan sebagai pakan tetapi belum
banyak pemanfaatannya adalah kelapa sawit.
Penggunaan daun dan pelepah kelapa sawit sudah banyak diteliti oleh para
ahli. Kita bisa membuatnya menjadi silase.
c.
Proses Ensilase
Agar berhasil membuat silase,
kita harus memahami proses ensilase. Proses ensilase yaitu proses selama
pembuatan silase. Proses ini memerlukan
waktu 2-3 minggu.
Setelah suatu produk pertanian dipanen, misalnya rumput dipotong, proses
respirasi akan tetap terjadi sampai sel sel tanaman mati. Respirasi merupakan
pengubahan karbohidrat menjadi energi maka apabila berjalan lama akan
menurunkan kandungan karbohidrat pakan. Proses respirasi memerlukan oksigen
sehingga untuk menghentikan proses ini dapat dilakukan dengan menempatkan bahan
pada kondisi anaerob. Oleh karena itu
kita memampatkan bahan silase dan menutup rapat silo agar proses respirasi
tidak berlangsung lama.
Hijauan biasanya dipotong 3-5 cm sebelum dibuat silase. Tujuannya agar
lebih mudah memampatkannya. Apabila
pemampatan maksimal, maka oksigen dalam silo akan rendah sehingga respirasi
cepat terhenti.
Setelah respirasi terhenti, proses yang terjadi selanjutnya adalah
fermentasi. Proses ini menyebabkan
turunnya pH (derajat keasaman) bahan baku silase hingga tidak ada lagi
organisme yang bisa tumbuh. Proses fermentasi bisa terjadi karena adanya
bakteri pembentuk asam laktat yang mengkonsumsi karbohidrat dan menghasilkan
asam laktat. Asam laktat akan terus
diproduksi hingga tercapai pH yang rendah (<5) yang tidak memungkinkan
bakteri beraktifitas lagi dan tidak ada lagi perubahan . Keadaan inilah yang disebut keadaan
terfermentasi, dimana bahan dalam keadaan tetap atau awet. Pada kondisi anaerob
silase dapat disimpan bertahun-tahun.
Contoh bakteri asam laktat diantaranya adalah Streptococcus thermophillus, Streptococcus lactis, Lactobacillus
lactis, Leuconostoc mesenteroides .
Selain bakteri pembentuk asam laktat, dalam bahan baku silase terdapat
juga bakteri Clostridia. Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat,
protein dan asam laktat sebagai sumber energi dan memproduksi asam
butirat. Bakteri ini merugikan karena
menguraikan asam amino (menurunkan kandungan protein dan menghasilkan ammonia)
sehingga menyebabkan pembusukan silase. Keadaan yang mendukung pertumbuhan bakteri
Clostridia adalah tingginya kadar air,
terlalu lamanya proses respirasi, kurangnya bakteri asam laktat dan rendahnya
karbohidrat. Inilah yang menyebabkan perlunya pelayuan bila kadar air bahan
lebih dari 75% dan bahan tambahan dalam pembuatan silase hijauan.
Bahan tambahan untuk pembuatan silase dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
stimulant dan inhibitor. Bahan yang
masuk kategori stimulant adalah bahan pakan sumber karbohidrat seperti
molasses, onggok, dedak halus atau ampas sagu. Molasses dan onggok bisa
ditambahkan sebanyak 2,5 % dari berat hijauan. Sedangkan kalau dedak halus
sebanyak 5% dan kalau menggunakan ampas sagu diperlukan 7% dari berat hijauan. Urea
juga bisa ditambahkan untuk meningkatkan kandungan protein silase berbahan baku
jagung. Bahan stimulant lain yang juga
bisa dipakai adalah enzim atau mikrobia yang biasa dijual di pasaran.
Sedangkan bahan yang masuk kategori inhibitor diantaranya asam format,
asam klorida, antibiotik, asam sulfat
dan formalin. Penambahan inhibitor bermanfaat untuk proses ensilase tetapi
masih asing bagi petani kita. Bahan stimulant lebih mudah didapatkan, harganya
juga lebih murah dan lebih ramah lingkungan.
Jadi prinsip pembuatan silase yang utama adalah:
Ø Menghentikan pernapasan dan
penguapan sel sel tanaman
Ø Mengubah karbohidrat menjadi asam
laktat melalui proses fermentasi kedap udara
Ø Menahan aktivitas enzim dan
bakteri pembusuk
Ø Mencapai dan mempercepat keadaan
hampa udara (anaerob)
d.
Kualitas Silase
Silase yang baik biasanya berasal dari pemotongan hijauan tepat waktu
(menjelang berbunga), pemasukan ke dalam silo dilakukan dengan cepat,
pemotongan hijauan dengan ukuran yang memungkinkannya untuk dimampatkan,
penutupan silo secara rapat (tercapainya kondisi anaerob secepatnya) dan tidak
sering dibuka.
Silase yang baik beraroma dan berasa asam, tidak berbau busuk. Silase
hijauan yang baik berwarna hijau kekuning-kuningan. Apabila dipegang terasa
lembut dan empuk tetapi tidak basah (berlendir) . Silase yang baik juga tidak
menggumpal dan tidak berjamur. Bila dilakukan analisa lebih lanjut, kadar
keasamanya (pH) 3,2-4,5.
Apabila terlihat adanya jamur, warna kehitaman, berair dan aroma tidak
sedap berarti silase berkualitas rendah.
e.
Penggunaan Silase
Silase bisa digunakan sebagai salah satu atau satu satunya pakan kasar
dalam ransum sapi potong . Pemberian
pada sapi perah sebaiknya dibatasi tidak lebih 2/3 dari jumlah pakan kasar. Silase juga merupakan pakan yang bagus bagi
domba tetapi tidak bagus untuk kuda maupun babi. Silase merupakan pakan yang
disukai ternak terutama bila cuaca panas.
Apabila ternak kita belum terbiasa mengkonsumsi silase, maka
pemberiannya sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan.
Anonimous,
2012. Determine The Characteristics of
Good Silage and The Steps in Producing It. http://forages.oregonestate.edu/nfgc/eo/onlineforagecurriculum
/instructurmaterials/availabletopics/mechaninalharvest/silage
Cullison, A.E. & Lowrey, R. S. 1987. Feeds
and Feeding. Fourth Edition. (Page 234-245) A Resto Book Prentice Hall.
Englewood Cliffs.
Drake, D.J. Nader, G., Forero, L. 2011. Feeding
Rice Straw to Cattle. University of California.
Ensminger, M.E. 1990. Animal Science. 8th Ed.
Interstate Publisher, Inc. Dannville
Ensminger, M.E., et al. 1992. Feed and Nutrition. Second
Edition. The Ensminger Publishing
Company. Clovis. California.
Hanafi, ND. 2008. Teknologi
Pengawetan Pakan Ternak. Universitas Sumatera Utara.
Kartasudjana, D.
2001. Mengawetkan Hijauan Pakan
Ternak. Modul Keahlian Budidaya Ternak. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. http://files.ictpamekasan.nett/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-ternakruminansia/mengawetkan-hijauan-pakan.pdf
McDonald, P, et al.
1987. Animal Nutrition. Fourth edition. (Page 404-415) Longman Group,LTd.
Nista, D. dkk. 2007. Teknologi
Pengolahan Pakan: UMB, fermentasi jerami,amoniasi jerami, silage, hay. http://bptu_sembawa.net/VI/data/download/20090816160949.pdf.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. UI Press. Jakarta.
Rukmana,
R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. (hal 51-57) Kanisius. Yogyakarta.
mau nanyak , yang bisa bapak rekomendasikan ke masyarakat mengenai pembuatan silase itu apa saja sih?
BalasHapussilase fungsinya untuk pengawetan pakan, pastinya untuk menyimpan pakan dan menggunakannya di musim kemarau
BalasHapus