Pakan kasar masih
menjadi pakan utama ternak ruminansia di Indonesia. Salah satu pakan kasar yang tersedia melimpah
adalah jerami, terutama jerami padi. Hal
ini karena jerami padi merupakan limbah pertanian tanaman pangan sebagian besar
penduduk Indonesia.
Produksi jerami padi
dapat mencapai 12-15 ton/hektar tiap panen tergantung lokasi dan varietasnya.
Jerami ini bisa digunakan untuk pakan kasar 2-3 ekor sapi dewasa sepanjang
tahun.
Penggunaan jerami
untuk pakan baru berkisar 31-39% dan 7-16% untuk industri.Dari keseluruhan
produksi jerami, sebagian besar masih dibakar dan dikembalikan ke tanah. Efek negatif dari pembakaran adalah polusi
lingkungan, mempengaruhi ekologi tanah dan hilangnya bahan organik
Komposisi kimia jerami padi meliputi
bahan kering 71,2%, protein kasar 3,9%, lemak kasar 1,8%, serat kasar 28,8%,
BETN 37,1% dan TDN 40,2%. Kandungan
lignin jerami berkisar 6-7% dan silikatnya 13%. Ternak yang hanya mendapatkan
jerami saja sebagai pakannya akan memiliki produktivitas rendah.
Untuk digunakan
sebagai pakan, jerami sebaiknya diolah lebih dahulu. Pengolahan jerami bisa berupa amoniasi,
hidrolisis dengan alkali maupun dengan fermentasi menggunakan mikrobia
tertentu.
1. Amoniasi Jerami
a. Pengertian
Amoniasi merupakan
cara pengolahan kimia dengan menggunakan amonia untuk meningkatkan daya cerna
bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya).
Amoniasi biasanya
dilakukan pada bahan pakan asal limbah pertanian seperti berbagai jenis jerami
dan bahkan juga pada kulit kopi, tergantung pada potensi daerahnya.
b. Tujuan
Pembuatan amoniasi
bertujuan meningkatkan kualitas jerami yang rendah kandungan nutrisinya,
menjadi jerami yang kandungan nutrisinya memadai dan daya cernanya tinggi.
c.
Proses
Jerami merupakan
bagian tanaman yang telah tua yang memiliki kandungan lignin dan silikat yang
menyebabkan daya cerna ternak ruminansia terhadap jerami rendah.
Amoniasi jerami padi
adalah proses pengolahan jerami padi menggunakan amonia (misalnya urea) sebagai
sumber amonia dengan pemeraman pada kondisi anaerob. Proses ini merubah tekstur jerami menjadi
lunak dan rapuh sehingga mudah dicerna. Peningkatan kandungan protein juga
terjadi pada jerami amoniasi karena peresapan nitrogen dari urea. Proses ini
juga menghilangkan aflatoksin/ jamur dalam jerami.
Amonia dapat menyebabkan perubahan
komposisi dan struktur dinding sel sehingga membebaskan ikatan antara lignin
dengan selulosa dan hemiselulosa sehingga bisa dicerna oleh mikrobia rumen.
Amonia akan terserap dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan dan
bisa dimanfaatkan oleh mikrobia rumen.
Penggunaan urea dibatasi 4-6% karena
pada penggunaan <3% amonia tidak mampu memecah ikatan lignin. Pada
penggunaan > 6% amonia akan terbuang karena jerami tidak sanggup menyerapnya
jadi secara ekonomi tidak menguntungkan.
Penggunaan urea didasari pertimbangan
ekonomis dan juga lebih ramah lingkungan.
Sebenarnya sumber amonia lain seperti gas amonia bisa digunakan. Disini
jerami yang telah dimasukkan ke dalam wadah tertutup disemprot dengan gas
amonia.
d.
Kualitas
Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang
berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari
pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah
pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria
yaitu jerami harus dalam kondisi kering, tidak boleh terendam air sawah atau
pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik (tidak busuk atau rusak).
Jerami yang telah
diamoniasi memiliki tekstur lunak dan rapuh, berwarna coklat tua, berbau amonia
dan tidak berjamur. Jika dilakukan
analisa proksimat maka kandungan protein kasarnya lebih dari 6%.
e.
Penggunaan
Hasil amoniasi harus
diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Tujuannya adalah untuk menghilangkan amoniak
dalam jerami. Untuk disimpan dalam jangka waktu yang
lama, jerami amoniasi harus dijemur atau dikeringkan 2-3 hari. Setelah
kering jerami dapat disimpan dibawah tempat teduh atau atap. Jangan sampai
terkena air hujan karena akan mengakibatkan pembusukkan. Jerami
yang sudah kering dapat disimpan selama selama 6 – 12 bulan tanpa penurunan
kualitas.
Bila cuaca tidak
memungkinkan untuk penjemuran, jerami amoniasi tidak perlu dikeluarkan dari
wadahnya. Keluarkan sesuai kebutuhan dan
angin anginkan sebelum diberikan pada ternak.
Jerami amoniasi
merupakan pakan yang miskin mineral. Ada
baiknya pemberiannya disertai dengan pemberian mineral secara teratur.
2. Hidrolisis
Jerami
Perlakuan lain untuk
memperbaiki kualitas jerami dilakukan dengan hidrolisis dengan larutan basa. Larutan basa bisa dibuat dengan NaOH atau
CaO.
Apabila jerami
direndam dalam larutan alkali, maka ikatan antara lignin dan selulosa dan
hemiselulosa dinding sel akan terhidrolisa sehingga karbohidrat akan lebih
tersedia bagi microorganisme dalam rumen. Perlakuan dengan alkali juga
meningkatkan tingkat konsumsi.
Awalnya proses ini
dilakukan di Jerman saat perang dunia I, jerami direndam selama 1 hingga 2 hari
dalam larutan NaOH (kaustik soda/soda api) 15-30 g/l dan kemudian dicuci untuk
menghilangkan residu alkalinya.
Proses ini
meningkatkan daya cerna jerami tetapi sebagian nutrien larut saat pencucian.
Kemudian dikembangkan metode kering dengan kandungan NaOH 10-40g/l. Daya cerna
jerami meningkat, dari 0,4 menjadi 0,5-0,7.
Alkali lain yang juga
efisiennya adalah kapur ( CaO 60% dan MgO 1.3%). Kapur sebanyak 40 gram dilarutkan dalam 10
liter air digunakan untuk merendam 1 kg jerami selama kurang lebih 48 jam (2
hari). Kemudian jerami dicuci dengan 5 liter air dan dikeringkan dengan sinar
matahari. Hasil penelitian Saadullah dkk (1981) ini meningkatkan kecernaan
bahan kering jerami dari 38 menjadi 49%. Jika pemberiannya pada domba disertai
10% molasses dan 2% urea dalam ransum, maka kecernaan ransum menjadi 54%.
3. Fermentasi Jerami
Selain proses kimia,
degradasi ikatan kimia pada jerami juga bisa dilakukan dengan fermentasi. Fermentasi adalah suatu cara pengawetan yang
menggunakan mikrobia tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen lainnya
yang dapat menghambat mikrobia perusak lainnya.
Cara melakukan
fermentasi adalah dengan menambahkan bahan yang mengandung mikrobia
proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen
non simbiotik. Mikrobia tersebut kita
kenal dengan sebutan probiotik. Campuran berbagai mikro organisme tersebut berguna untuk
mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh
ternak.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi jerami yang telah difermentasi dengan mikrobia
secara umum menunjukkan peningkatan kualitas.
Protein meningkat dari 4,23% menjadi 8,14% dan juga disertai penurunan
serat kasar.
Pembuatan fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang
terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Dimana untuk kapasitas 10
ton dapat dibuat bangunan dengan ukuran 4 x 5 m. Lantai dasar dapat dibuat dari
semen atau tanah yang dipadatkan dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa dinding.
Bahan bangunan menggunakan kayu atau bambu. Untuk atap dapat berupa seng atau
bahan yang tersedia di tempat. Jarak lantai ke atap 3 m.
Hasil fermentasi jerami yang baik ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
Ø Baunya khas
Ø Warnanya kuning agak
kecoklatan
Ø Teksturnya lemas(tidak kaku)
Ø Tidak busuk dan tidak berjamur
Fermentasi bisa juga dipadukan
dengan amoniasi. Starter yang digunakan
urea dan probiotik.
Jerami yang telah
difermentasi bisa diberikan sebagai pakan kasar bagi ternak sapi 6-8
kg/ekor/hari dengan penambahan
konsentrat 1% dari berat badan ternak. Hasil penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan
bahwa pertambahan berat badan sapi bali yang diberi jerami fermentasi lebih
tinggi dibandingkan sapi yang diberi rumput lapangan.
Administrator, 2010. Fermentasi
Jerami untuk Pakan Sapi. BPPT
Sumatera Barat. http://sumbar.litbang.deptan.go.id
diunduh 4 Maret 2012
Anonimous, 2012. Determine The Characteristics of Good Silage
and The Steps in Producing It. http://forages.oregonestate.edu/nfgc/eo/onlineforagecurriculum
/instructurmaterials/availabletopics/mechaninalharvest/silage
Cullison, A.E. & Lowrey, R. S. 1987. Feeds
and Feeding. Fourth Edition. A Resto Book Prentice Hall. Englewood Cliffs.
Drake, D.J. Nader, G., Forero, L. 2011. Feeding
Rice Straw to Cattle. University of California.
Ensminger, M.E. 1990. Animal Science. 8th Ed.
Interstate Publisher, Inc. Dannville
Kartasudjana, D.
2001. Mengawetkan Hijauan Pakan
Ternak. Modul Keahlian Budidaya Ternak. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.
McDonald, P, et al.
1987. Animal Nutrition. Fourth edition. Longman Group,LTd.
Nista, D. dkk. 2007. Teknologi
Pengolahan Pakan: UMB, fermentasi jerami,amoniasi jerami, silage, hay. http://bptu_sembawa.net/VI/data/download/20090816160949.pdf.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. UI Press. Jakarta.
Saribuang, M dkk. 2000. Pemanfaatan Probiotik dalam Fermentasi
Jerami Sebagai Pakan Sapi Bali Di Musim Kemarau. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Gowa. Gowa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar