KURIKULUM
DI SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN
(KEMANA
ARAHNYA?)
A.
KONSEP KURIKULUM
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan
teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai aliran atau teori
pendidikan yang dianutnya. Di The American Heritage Dictionary (1982) kurikulum didefinisikan
sebagai (1) kumpulan mata pelajaran yang diajarkan disekolah, akademi, dst.(2)
Pelajaran umum dan khusus (kejuruan) yang dipelajari disekolah, akademi.
Roger’s Thesaurus (1963) daftar yang berisi silabus, materi dan pembelajaran sebagai sinonim dari kurikulum.
Dalam arti yang lebih luas kurikulum
didefinisikan oleh Romine dalam Hamalik 2008, “ cuririculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of the school,
whether in the classroom or not.”
Implikasi perumusan kurikulum diatas
adalah sebagai berikut:
1.
Tafsiran tentang kurikulum bersifat
luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri atas mata pelajaran tetapi juga
meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah
2.
Sesuai dengan pandangan ini, berbagai
kegiatan diluar kelas (yang dikenal dengan ekstrakurikuler) sudah tercakup
dalam pengertian kurikulum. Oleh karena itu tidak ada pemisahan antara intra
dan ekstrakurikulum.
3.
Pelaksanaan kurikulum tidak hanya
dibatasi pada keempat dinding kelas saja, melainkan dilaksanakan baik didalam
maupun diluar kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
4.
Sistem penyampaian yang dipergunakan
oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan.
Oleh karena itu, guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang
bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
5.
Tujuan pendidikan bukanlah untuk
menyampaikan mata pelajaran atau bidang pengetahuan pribadi anak dan belajar cara
hidup didalam masyarakat.
Pada
saat belajar disekolah siswa menerima kurikulum formal dan informal. Kurikulum formal sangat sering dipikirkan
dibanding kurikulum informal. Tetapi kurikulum informal juga penting untuk
diketahui. Salah satu contoh kurikulum
formal adalah apa yang kita temukan dalam buku teks. Sedangkan contoh kurikulum informal adalah
apa yang diajarkan pada siswa tentang sopan santun. Misalnya pada siswa
perempuan sering diberitahu untuk bersikap sebagai ‘lady’, atau pada siswa laki
laki diajari untuk jangan cengeng dan menangis.
Philip Jackson dalam bukunya Life in Classroom (1968) mengembangkan konsep kurikulum
tersembunyi, yang dia definisikan sebagai kultur dan nilai yang lebih menonjol
yang dianut oleh civitas akademik (siswa dan juga guru) disuatu sekolah. Mc Laren (1998) menyebutnya sebagai hasil
yang ‘tidak diinginkan’ dari proses persekolahan yang diluar materi
pembelajaran.
Kurikulum
tersembunyi mencerminkan ideology yang dominan didalam suatu sekolah. Elliot Eisner (1985)
menjelaskan bahwa sekolah mengajari lebih dari yang ditawarkan.
B.
KURIKULUM SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN
(SPP)
Sekolah pertanian pembangunan pada
awalnya semua dikelola oleh departemen pertanian. Kurikulum disusun oleh staf
badan pengembangan sumber daya manusia pertanian dan guru guru yang mewakili
sekolah masing masing. Dalam
perkembangannya, setelah ada surat keputusan bersama dengan menteri pendidikan
nasional, kurikulum di sekolah pertanian pembangunan disusun bersama dengan
penyusun kurikulum SMK yang dikelola departemen pendidikan nasional.
Struktur kurikulum yang digunakan di SPP
mulai tahun ajaran 2009/2010 sama dengan yang digunakan di SMK atau MAK yaitu
kurikulum KTSP yang berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran dasar kejuruan,
muatan local dan pengembangan diri.
Mata pelajaran wajib terdiri atas
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS,
Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olah raga dan Ketrampilan Kejuruan.
Kalau dilihat dari mata pelajarannya, maka adanya mata pelajaran seni dan
budaya serta pendidikan jasmani dan olehraga menambah jumlah mata pelajaran
bagi siswa SPP. Jika dilihat dari jam
belajarnya, maka dengan kurikulum baru ini terjadi pengurangan jumlah jam untuk
pembelajaran ketrampilan kejuruan.
Disisi lain, pembelajaran adaptif menjadi lebih menyesuaikan dengan
komposisi kurikulum SMK sehingga memungkinkan lulusan SPP lebih siap untuk
bersaing memasuki perguruan tinggi (melanjutkan studi).
Mata pelajaran Dasar Kejuruan terdiri
atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi
kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
Dengan kurikulum baru ini, beberapa mata pelajaran produktif lama mengalami
pengurangan dan atau hilang. Sebagai
contoh: mata pelajaran kesehatan masyarakat veteriner yang inti materinya
adalah pengujian mutu produk peternakan tidak lagi diajarkan di jurusan
produksi ternak. Pengurangan jam terjadi
pada mata pelajaran reproduksi ternak, teknologi pasca panen dan produksi
ternak unggas. Penggabungan mata
pelajaran ternak kecil dengan ternak besar menjadi mata pelajaran ternak
ruminansia. Hal ini karena ada mata pelajaran baru dan penambahan jam untuk
mata pelajaran normative dan adaptif .
Muatan local merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas,
potensi daerah dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.
Tetapi dibeberapa daerah, muatan local ini tidak menjadi wewenang
sekolah karena peran pemerintah daerah lebih dominan dalam membentuk kurikulum
muatan local. Jadi tidak semua SPP dapat menentukan kurikulum muatan lokalnya.
Pengembangan diri bukan merupakan mata
pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat dan minat
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Dibandingkan dengan sekolah menengah kejuruan
lainnya, ada kegiatan ekstra kurikuler yang diwajibkan bagi siswa. Kegiatan
ekstrakurikuler dibagi dua, yaitu wajib dan pilihan. Kegiatan wajib terdiri
dari pramuka, bela diri (disesuaikan dengan SPP masing masing) dan kegiatan
kepedulian lingkungan. Kegiatan pilihan
yang bisa dipilih adalah seni, olah raga, palang merah remaja, marching band
dan lain lain. Kegiatan kerohanian bagi siswa muslim juga diberlakukan di
kebanyakan SPP. Siswa belum menentukan sendiri kegiatan pengembangan diri, sekolah memberikan kewajiban dan beberapa kegiatan pilihan.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan social, belajar, dan pembentukan karis peserta didik. Sekolah mewajibkan siswa SPP tinggal di
asrama untuk waktu minimal satu tahun (siswa tingkat I). Jadi pelayanan konseling dilakukan pada saat
jam belajar (oleh tim kesiswaan) dan pembimbing asrama. Di asrama diajarkan
untuk hidup bersama dengan orang lain dan untuk menanamkan kemandirian dan
tanggung jawab bagi siswa. Diasrama diberlakukan peraturan peraturan tentang
tanggung jawab penghuni asrama terhadap kebersihan dan keindahan tempat tinggal
mereka, hubungan antar anggota asrama, jam keluar masuk asrama, larangan bagi
orang luar asrama (siswa yang bukan penghuni) untuk memasuki asrama dan aturan
kedisiplinan yang sumbernya dari badan pengembangan sumber daya manusia
pertanian.
Meskpun kurikulum formal di SPP telah
banyak mengalami perubahan, tetapi pengembangan kepribadian (istilah lama)
tetap dipertahankan dan hanya berganti istilah menjadi pengembangan diri. Jadi
kurikulum informal dan hidden curriculum
di SPP tidak mengalami perubahan.
Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi
substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga
tahun mulai kelas X sampai kelas XII. Struktur
kurikulum SMK/MAK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar
kompetensi mata pelajaran. Sejak tiga
tahun terakhir ini, sebagian SPP telah mengikuti ujian nasional yang
diselenggarakan oleh departemen pendidikan nasional.
Kalau dilihat lebih jauh, siswa SPP
mendapatkan kurikulum informal dan ‘hidden
curriculum’ lebih besar dibandingkan
siswa SMK lain. Hal ini karena adanya
asrama yang memungkinkan siswa berinteraksi lebih lama di lingkungan sekolah
dibandingkan sekolah tanpa asrama. Jadi pengaruh nilai nilai yang dianut di SPP
akan lebih besar karena factor asrama tersebut.
Tata letak ruang kelas merupakan salah satu kurikulum tersembunyi di sekolah
Beberapa pendidik berpendapat bahwa apa
yang terjadi disekolah adalah kurikulum (Winch & Gingell, 1999). Jadi
desain fisik sekolah bisa juga disebut sebagai kurikulum. Jika dilihat desain
fisik SPP, maka desain bangunan terutama
untuk tempat praktek ditentukan spesifik dengan mata pelajaran. Jarak dan prosedur untuk memasukinya
ditentukan oleh peraturan hygiene tempat praktek. Misalnya konstruksi ideal kandang adalah
menghadap ke timur. Jarak minimal antar kandang ayam broiler adalah lima puluh
meter. Sanitasi diwajibkan untuk siapapun memasuki kandang. Siswa dilarang berpindah dari ayam yang
berumur tua ke kandang ayam yang berumur lebih muda tanpa lebih dahulu
melakukan sanitasi ( mandi dan semprot desinfektan).
C.
PERAN GURU SPP DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BARU
Pendidikan berintikan interaksi antara
pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan tujuan
pendidikan. Guru memegang peran yang sangat penting dalam menyampaikan
kurikulum yang digunakan disekolah.
Apapun yang diajarkan, filternya adalah persepsi dan cara mengajar guru,
baik kurikulum formal maupun informal. Menurut McCutcheon, guru memiliki
kekuatan besar dalam membentuk dan mengontrol penyampaian kurikulum formal.
Berbeda dengan guru disekolah kejuruan
lain, pada awalnya semua guru SPP bukan lulusan LPTK. Guru adalah lulusan fakultas pertanian,
peternakan, perikanan, kedokteran hewan dan fakultas lain yang sejenis. Jadi untuk mengajar di SPP, kemampuan
pedagogic tidak menjadi ukuran awal. Pelatihan pedagogic diberikan dalam bentuk
Pendidikan dasar bagi guru pertanian di pusat pengembangan sumberdaya manusia
pertanian atau akta mengajar yang diselenggarakan oleh badan pengembangan
sumberdaya manusia pertanian bekerja sama dengan LPTK.
Dengan latar belakang itu, maka
pengetahuan guru SPP tentang kurikulum dan pengembangannya masih belum
memadai. Apalagi banyak guru SPP
mengajar bidang studi normative dan adaptif yang tentu saja tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya.
Menurut Mulyasa (2009) agar KTSP dapat dikembangkan secara
efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki
hal hal sebagai berikut:
1.
Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan
hubungannya dengan kompetensi lain
2.
Menyukai apa yang diajarkannya dan
menyukai mengajar sebagai profesi
3.
Memahami peserta didik, pengalaman,
kemampuan dan prestasinya
4.
Menggunakan metode yang bervariasi dalam
mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik
5.
Mengeliminasi bahan bahan yang kurang
penting dan kurang berarti dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi
6.
Mengikuti pengetahuan mutakhir
7.
Menyiapkan proses pembelajaran
8.
Mendorong peserta didik untuk memperoleh
hasil yang lebih baik
9.
Menghubungkan pengalaman yang lalu
dengan kompetensi yang dikembangkan
Dengan adanya Undang Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas dan Undang Undang
No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maka SPP mulai berbenah diri untuk
menjadi lembaga pendidikan yang lebih baik.
Guru guru lulusan LPTK yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
mulai diterima di sejumlah SPP. Diharapkan dengan tambahan personel baru
tersebut, SPP mampu mengimlpementasikan dan mengembangkan kurikulum KTSP.
Pelatihan penyusunan silabi dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP sudah dilakukan di
SPP.
D.
EVALUASI KURIKULUM SPP (PERLUKAH?)
Essay Herbert spencer tentang
Pengetahuan apa yang paling bernilai/bermanfaat? Pertanyaan ini berangkai dengan ‘Apa yang seharusnya
diajarkan disekolah?’. Jika dilihat kembali semua kurikulum yang ada di SPP,
perlukah evaluasi? Pengetahuan apa yang paling bernilai/ bermanfaat untuk
diberikan bagi siswa SPP?
Mungkin survey terhadap sampel lulusan
SPP akan memberi manfaat sebagai petunjuk perlu tidaknya evaluasi kurikulum
SPP. Pelibatan stake holder juga
merupakan hal yang wajib pada saat penyusunan kurikulum di SPP.
Lalu kapankah evaluasi harus
dilakukan? Implementasi kurikulum SPP
yang mengadopsi kurikulum dinas pendidikan baru berjalan dua tahun. Masih terlalu jauh untuk mengatakan bahwa kurikulum
itu perlu dievaluasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Cruickshank, D.R. dkk. 2006. The Act of Teaching. Fourth Edition. Mc Graw Hill
Hamalik, O. 2008. Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum. Cetakan kedua. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E.
2010. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sebuah Panduan Praktis. Cetakan ketujuh. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, NS. 2004. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Cetakan keenam. Bandung.
PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar