Minggu, 22 April 2012

PSIKOLOGI PENDIDIKAN (DASAR ILMIAH SENI MENGAJAR)

A.    Perspektif  Historis Mengajar
1.      Ekspektasi Peran di Masa Silam
Konsepsi tentang mengajar selalu berubah sesuai pandangan dan nilai dalam masyarakat.  Seperti apa ‘sosok yang disebut guru’ juga selalu berubah.  Untuk memahaminya, akan lebih baik kalau lebih dahulu kita lihat peran guru di masa silam.
Pada awalnya orang yang diberi tanggung jawab untuk mengajar adalah orang yang bisa baca tulis, dan tidak ada standar tertentu.  Kemunculan sekolah pada abad sembilan belas belum memberikan syarat tertentu bagi seseorang untuk menjadi guru, kecuali syarat kepribadiannya saja. Materi yang diajarkan disekolah juga hanya membaca, menulis dan aritmatika. 
2.      Ekspektasi Peran di Abad Kedua Puluh
Dengan adanya revolusi industry, banyak orang tua yang semula bekerja dirumah kemudian harus bekerja di dunia industry.  Bekerja diluar rumah membuat orang orang menyerahkan pengasuhan anak anak mereka ke sekolah. 
Karena itu peran sekolah menjadi lebih dari sekedar mengajari baca, tulis dan berhitung.  Di banyak negara,  sekolah menyediakan banyak layanan  seperti perawatan kesehatan, transportasi, penitipan anak saat jam kerja, dan penyediaan sarapan dan makan siang.  Sekolah juga memberikan layanan konseling dan kesehatan mental untuk memastikan kesejahteraan psikologik maupun emosional anak anak.
Maksud penyekolahan yang semakin luas memberi dampak pada ekspektasi masyarakat pada peran guru.  Kemudian muncullah standar standar bagi guru.  Sekolah sekolah khusus didirikan untuk melatih guru dibidang pengetahuan yang akan diajarkan dan untuk memastikan bahwa guru memiliki pengetahuan pedagogi. 
3.      Tantangan mengajar untuk Abad Kedua Puluh Satu
Lalu, seperti apakah harapan masyarakat pada guru saat ini?  Saat perubahan cara mengakses dan menyimpan informasi dengan computer dan teknologi digital akan mengubah banyak aspek pendidikan.
Tantangan untuk guru sekarang dan masa yang akan datang:
·         Mengajar dalam Masyarakat Multikultural
Semakin luas kesempatan pendidikan semakin banyak siswa dan semakin beragam siswa.  Kalau dahulu pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu, sekarang pendidikan adalah hak setiap anak. Penguasaan guru terhadap factor factor sosiologi dan psikologi yang dimiliki setiap anak  menjadi sangat penting.
·         Mengajar untuk Konstruksi Makna
Guru dalam perspektif objektivis adalah individu yang telah memperoleh segumpal pengetahuan penting dalam disiplin tertentu.  Peran guru adalah menularkan pengetahuan itu.  Dalam dua decade ini berkembang persepktif konstruktivisme yang menganggap belajar adalah kegiatan social dan cultural tempat pelajar mengkonstruksikan makna yang dipengaruhi oleh interaksi antara pengetahuan sebelumnya dan peristiwa belajar baru. Jadi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis. Guru harus mengikuti perubahan peran dari seorang sumber ilmu menjadi fasilitator pembelajaran.

·         Mengajar untuk Pembelajaran Aktif
Dahulu pembelajaran dianggap sebagai kegiatan pasif , dalam perspektif konstruktivis siswa terlibat aktif didalam pengalaman yang relevan dan memiliki kesempatan untuk berdialog sehingga makna dapat berkembang dan dikonstruksikan.  Jadi guru menekankan kolaborasi (anak anak saling bekerjasama  untuk mengetahui dan memahami pelajaran. Metode pembelajaran yang berfokus pada guru harus dikurangi. 
·         Mengajar dengan Pandangan  Baru tentang Kemampuan
Teori dan praktek tradisional  mengatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan mental yang spesifik.  Para ahli menciptakan berbagai tes untuk mengukur intelegensia dan kemampuan manusia.  Tes IQ dan tes bakat skolastik untuk mengukur kemampuan manusia. Tetapi para psikolog kontemporer menentang ide yang mengatakan bahwa intelegensia bersifat umum. Guru seharusnya tidak mendasarkan harapan terhadap siswa berdasarkan pada nilai ujian IQ.  Setiap siswa berbeda dalam kemampuan mereka menghadapi abstaksi, memecahkan masalah dan belajar.  
·         Mengajar dan Pilihan
Karena makin banyak yang berpendapat bahwa kurikulum tidak harus sama untuk semua siswa, saat ini ada berbagai alternative sekolah.  Tidak terbatas pada sekolah negeri saja, tetapi juga sekolah yang mengejar profit.  Bahkan juga home schooling sudah menjadi pilihan banyak orang tua. 
·         Mengajar dan Akuntabilitas
Guru semakin dituntut untuk mendemonstrasikan pengetahuan tentang pedagogi dan mata pelajaran yang akan diajarkannya.  Dan ini menentukan untuk ‘dianggap pantas atau tidak mendapat sertifikat’.
·         Mengajar dan Teknologi
Perkembangan teknologi informasi mungkin akan berdampak pada kelas kelas masa depan jadi guru dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi itu dan menyadari efek samping negative setiap inovasi.
Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki guru agar bisa menjadi guru professional digambarkan oleh Parkay dan Stanford (1992) sebagai berikut:







Pengetahuan tentang






diri sendiri dan siswa




















Pengetahuan tentang materi


Pengetahuan yang



Pelajaran


diperlukan

















Pengetahuan tentang teori teori


Refleksi dan Pemecahan



Guru
dan penelitian pendidikan


Masalah


Profesional














Ketrampilan dan teknik






Mengajar









Ketrampilan yang






Diperlukan



Kecakapan interpersonal





















B.      Perspektif tentang Pegajaran Efektif untuk Abad Kedua Puluh Satu
1.       Tujuan Akhir Mengajar
Yang terpenting bagi proses belajar mengajar adalah pandangan tentang bagaimana anak anak belajar, tujuan utama mengajar, dan definisi guru efektif.  Tujuan mengajar dalam masyarakat yang komplek sangat beragam dan usaha untuk mendefinisikan guru efektif melbatkan pemikiran banyak pihak. 
Sebagian orang berpendapat bahwa guru efektif adalah guru yang mampu membangun hubungan yang akrab dengan siswa siswanya dan mampu membangun lingkungan yang penuh untuk perkembangan pribadi mereka.  Sebagian lainnya berpendapat guru efektif adalah orang yang memiliki kecintaan untuk belajar, penguasaan yang tinggi tentang subyak akademik tertentu dan kemampuan untuk menularkan subyek yang dikuasainya secara efektif kepada siswa siswanya. Ada juga yang mendefinisikan guru efektif adalah guru yang dapat mengaktifkan energy siswa untuk bekerja menuju tatanan yang lebih adil dan manusiawi. Isi kurikulum pendidikan guru sendiri berupa pernyataan tentang apa yang perlu diketahui oleh guru yang efektif.
Warga masyarakat yang majemuk dan kompleks mengharapkan sekolah mampu memeuhi berbagai macam tujuan.  Tetapi tujuan akhir mengajar adalah untuk membantu siswa agar dapat menjadi pelajar yang independen ( mandiri) dan self regulated (mampu mengatur dirinya sendiri).   
2.       Pandangan Tentang Guru Efektif
Pengajaran efektif membutuhkan individu individu yang mampu secara akademik, yang menguasai subyek yang akan diajarkan dan yang peduli pada kesejahteraan anak anak dan kaum muda.  Pengajaran efektif juga membutuhkan individu individu yang mampu menelurkan hasil terutama yang terkait dengan prestasi dan pembelajaran social siswa.  Tetapi untuk menjadi guru efektif, ada atribut lain yang juga harus dimiliki, yaitu:
a.       Guru efektif memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan mereka mengembangkan hubungan kemanusiaan yang autentik dengan siswa, orang tua siswa dan rekan sejawatnya dan untuk mengembangkan kelas yang berkeadilan social dan demokratis bagi anak anak dan kaum muda
b.      Guru efektif memiliki disposisi positif kearah pengetahuan.  Mereka paling tidak menguasai tiga hal, dasar pengetahuan yang luas untuk menagani subyek yang diajarkannya, perkembangan dan pembelajaran manusia dan pedagogi.  Mereka menggunakan pengetahuan ini sebagai ilmu dan seni praktik mengajarnya.
c.       Guru efektif menguasai sebuah repertoar praktik mengajar yang diketahui dapat menstimulasi motivasi siswa, meningkatkan pencapaian ketrampilan dasar siswa, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tingi dan menghasilkan pelajar pelajar yang self regulated
d.      Guru yang efektif secara pribadi terdisposisi kearah refleksi dan problem solving.  Mereka menganggap belajar adalah proses seumur hidup dan mereka dapat mendiagnosis berbagai situasi dan mengadaptasikan serta menggunakan pengetahuan profesionalnya secara tepat gunauntuk meningkatkan pembelajaran siswa dan untuk meningkatkan sekolahnya.
3.       Kualitas Personal untuk Mengembangkan Hubungan Autentik
Selama bertahun tahun orang percaya bahwa kualitas personal seorang guru merupakan atribut terpenting bagi pengajaran efektif. Membangun hubungan autentik dengan siswa adalah prasyarat bagi semua hal lain yang berhubungan dengan mengajar. Guru seharusnya memiliki ekspektasi tinggi pada semua siswa dan tidak memiliki persepsi bahwa sebagian siswa terutama yang berasal dari kaum minoritas  kurang mampu belajar.
4.       Dasar Pengetahuan untuk Memandu Seni Praktik
Psikologi pendidikan adalah akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan, dan teori yang didasarkan pada pengalaman yang seharusnya dimiliki setiap guru untuk memecahkan masalah masalah pengajaran sehari hari dengan cerdas (Slavin, 2008). Tetapi disisi lain dalam mengajar ada hal hal yang tidak bisa hanya dituntun oleh pengetahuan ilmiah saja tetapi bergantung pada proses judgement individual kompleks yang didasarkan pada pengalaman pribadi. Hal ini digambarkan oleh Gage (1984) sebagai sebuah seni instrumental, mengajar adalah sesuatu yang berangkat dari ‘resep’, formula atau alogaritma. Mengajar membutuhkan improvisasi, spontanitas,  penanganan sejumlah pertimbangan tentang bentuk, gaya, kecepatan, ritme dan ketepatgunaan dengan cara yang begitu kompleks sehingga bahkan computer sekalipun tidak mampu melakukannya.
Seberapa ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun seni dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting  bagi keberhasilan guru (Johnson dan Newman dalam Santrock, 2004).  Guru harus menguasai beragam prespektif dan strategi  dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel.
 Lee Schulman (1987), mengorganisasikan pengetahuan yang penting bagi guru kedalam tujuh kategori: 1) pengetahuan tentang isi pelajaran yang akan diajarkannya, 2) pengetahuan tentang pedagogis ilmu yang akan diajarkannya, 3) pengetahuan tentang siswa dan karakteristiknya, 4) pengetahuan tentang pedagogis umum, 5) pengetahuan tentang konteks pendidikan, 6) pengetahuan tentang kurikulum dan 7) pengetahuan tentang sasaran, maksud dan nilai nilai pendidikan dan dasar dasar filosofis dan historisnya.
5.       Repertoar Praktik yang Efektif
Repertoar mengacu pada sejumlah strategi dan proses yang disiapkan untuk digunakan. Guru yang efektif  mengembangkan sebuah metode dan ketrampilan agar dapat melaksanakan berbagai aspek pekerjaannya.
Karena mengajar adalah hal kompleks dan karena murid murid bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif  untuk semua hal .  Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel.  Hal ini menurut Santrock (2004) membutuhkan dua hal utama yaitu:
1.      Pengetahuan dan keahlian professional
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau ketrampilan mengajar yang baik.  Guru efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen kelas.  Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi dan berhubungan secara efektif  dengan murid murid dari beragam latar belakang cultural.  Mereka juga mampu menggunakan teknologi yang tepat guna didalam kelas.
2.      Komitmen dan motivasi
Menjadi guru yang efektif membutuhkan komitmen dan motivasi.  Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian pada murid. Setiap hari guru yang efektif membawa sikap positif dan semangat dalam kelas. Sifat ini akan membuat kelas  menjadi nyaman.
Guru terlepas dari tingkat kelas yang diampunya, subyek yang diajarkannya atau tipe sekolah tempat mereka mengajar, diminta untuk melaksanakan tiga fungsi penting.  Mereka memberikan kepemimpinan kepada sekelompok siswa, mereka memberikan pengajaran secara tatap muka kepada siswa dan mereka bekerja sama dengan rekan sejawat, orang tua siswa dan orang lain untuk memperbaiki kelas dan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Pekerjaan seorang guru dapat dikonseptualisasikan diseputar tiga fungsi: kepemimpinan, instruksional dan organisasional Aspek aspek kepemimpinan mengajar mengacu pada peran peran kepemimpinan yang diharapkan untuk dimainkan guru dikelas mereka, misalnya memberikan motivasi, merencanakan dan mengalokasikan sumber sumber daya yang langka. Aspek aspek instruksional mengacu kepada metode dan proses yang digunakan guru selama mereka memberikan pengajaran kepada siswa siswanya dari hari kehari Aspek aspek organisasional mengajar mengacu pada aspek pekerjaan guru dalam komunitas sekolahnya,termasuk bekerja bersama rekan rekan sejawat, orang tua siswa, dan personel kepemimpinan sekolah.
6.       Refleksi dan Mengatasi Masalah
Banyak masalah yang dihadapi guru bersifat situasional dan unik.  Kasus kasus yang unik dan situasional membutuhkan “art of practice” sesuatu yang tidak dapat dipelajari dengan membaca buku saja.  Guru efektif belajar untuk mendekati situasi situasi yang unik dengan orientasi problem solving dan mempelajari seni mengajar melalui refkesi terhadap praktiknya sendiri.
Selain itu, banyak masalah yang dihadapi guru menjadi masalah nilai nilai dan prioritas yang dapat dijelaskan tetapi tidak dapat dibantu pengambilan keputusannya oleh pengetahuan ilmiah.  Ahli psikologi juga mengakui bahwa mengajar terkadang harus mengabaikan saran saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi dan spontanitas ( Gage dalam Santrock, 2004)
C.      Belajar Mengajar
Dibutuhkan waktu lama untuk menjadi piawai di hampir semua pekerjaan manusia. Menjadi guru yang benar benar piawai tidak ada bedanya.  Dibutuhkan berbagai tindakan dengan keinginan yang kuat untuk mencapai kesempurnaan, dibutuhkan sikap bahwa belajar mengajar adalah proses seumur hidup. Menjadi guru professional adalah menjadi pebelajar sepanjang hayat terutama tentang proses belajar mengajar dan tentang materi yang diajarkan.  Guru professional menjadikan dirinya guru sekaligus pebelajar, tidak akan berhenti belajar meskipun sudah mendapatkan gelar sarjana dan sertifikat mengajar (Parkay dan Stanford, 1992)
1.      Model Model Perkembangan Guru
Individu berkembang secara kognitif dan afektif melalui berbagai tahapan.  Ketika belajar mengajar, mahasiswa memperoleh pengalaman melalui struktur kognitif yang sudah ada pada dirinya. Jelas, individu yang memasuki dunia mengajar memiliki struktur kognitif yang kompleks tentang mengajar karena mereka telah menghabiskan waktu ber jam jam untuk mengobservasi guru guru yang mengajar mereka selama bertahun tahun disekolah dahulu. Ketika memperoleh pengalaman baru, pertumbuhan terjadi, dan dn mahasiswa maju ke tahapan yang lebih kompleks.  Akan tetapi pertumbuhan tidak otomatis dan hanya terjadi bila pengalaman yang tepat memberikan stimulus kepada pertumbuhan kognitif dan emosional seseorang.  Bila kondisi lingkungan tidak optimal maka maka belajar terhambat.
Menjadi guru adalah sebuah proses yang perkembangannya berlangsung secara agak sistematis, melalui tahapan tahapan yang peluang tumbuhnya akan tetap statis bila tidak ada pengalaman yang tepat dijalani.  Tahapan itu menurut Fuller adalah sebagai berikut:
a.       Survival stage
Terjadi ketika orang pertama kali mengajar dimana dia belum yakin akan kemampuannya.
b.      Teaching situation stage
Guru mulai merasa mampu dan melewati tahap bertahan. Berbagai aspek pengontrolan dan interaksi dengan siswa menjadi rutinitas.  Guru mulai mengalihkan perhatiannya kepada situasi mengajar itu sendiri.
c.       Student research and mastery stage
Individu matang sebagai guru dan menemukan cara untuk mengatasi segala kekhawatiran survival maupun situasionalnya.  Guru bisa menjangkau isu isu tingkat tinggi dan mulai berpikir tentang kebutuhan social dan emosional siswa, bersikap adil dan mampu memilih strategi dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2.      Hal hal yang mempengaruhi awal mengajar
Beberapa aspek belajar mengajar dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki guru dengan figure figure orang dewasa yang penting baginya. Khususnya guru guru selama mereka tumbuh dan menjalani masa sekolahnya.
Orang tua dan guru sering mempengaruhi keputusan seseorang untuk memasuki dunia mengajar.  Akan tetapi, ingatan tentang guru favorit tidak boleh menjadi model terbaik untuk mengembangkan gaya mengajar seseorang, karena guru guru tersebut barangkali tidak seefektif kelihatannya.





DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard  I.. 2008. Learning to teach. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar.
Parkay, F.W. dan Stanford, B.H.  1992. Becoming a Teacher: Accepting the Challenge of a Profession. Second Edition. USA. Allyn and Bacon.
Slavin, R. E.2008.   Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi ke delapan. Jakarta.  PT Indeks
Santrock, J.W. 2004. Psikologi Pendidikan. Edisi kedua. Jakarta. Pustaka Grafika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar