Selasa, 24 April 2012

LANDASAN PEMBELAJARAN (SOAL-SOAL)


LANDASAN PEMBELAJARAN


1.      Aktivitas pembelajaran merupakan aktivitas manusia sebagai makhluk berbudaya (pendidikan sebagai gejala budaya), memberikan konsekuensi bahwa perbaikan dalam pembelajaran terus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan landasan pembelajaran yang mantap agar perubahan yang dilakukan didasarkan kajian-kajian yang bisa dipertanggungjawabkan. Diantaranya terdapat tiga landasan dalam kerja tersebut , yaitu landasan filosofis, landasan sosiologis dan landasan psikologis.
a.       Peran Landasan Filosofis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di Indonesia.
Landasan filosofis berfungsi sebagai azas kerokhanian dan azas moral system pendidikan nasional.  Karena itu kebijaksanaan, strategi dan proses pembinaan sumber daya manusia berkualitas sebagai tujuan pendidikan nasional bersumber dan dijiwai oleh azas normative filsafat pendidikan bangsa Negara yaitu Pancasila.  
Contoh : Guru dalam menyelesaikan persoalan persoalan dalam pembelajaran berlandaskan Pancasila.  Misalnya berdoa sebelum  dan sesudah pembelajaran, mengutamakan musyawarah,  tidak membedakan SARA, memberi nilai secara adil kepada seluruh siswa

b.      Peran Landasan sosiologis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di Indonesia.
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan manusia sehari hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsure social budaya.  Sebab sebagian besar kegiatan manusia dilakukan secara kelompok termasuk kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran.
Proses social dan interaksi social didasari factor factor:
·         Imitasi atau peniruan, bisa bersifat positif atau negative.  Contohnya anak akan meniru gaya berpakaian seorang guru yang rapi, atau selalu berdisiplin tetapi bisa juga anak akan meniru perilaku yang tidak baik dari guru. Jadi guru dalam hal ini menjadi teladan bagi anak. Kalau dalam proses pembelajaran, guru bersikap otoriter maka anak akan meniru sikap itu, mungkin pada adik kelasnya atau pada adiknya dirumah.
·         Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau  mayoritas.  Disekolah yang berwibawa misalnya guru, yang berwenang misalnya kepala sekolah dan yang mayoritas misalnya pendapat sebagian besar temannya.  Sugesti ini memberi jalan bagi anak untuk mensosialisasi dirinya.  Namun kalau anak terlalu sering mensosialisasi lewat sugesti dapat membuat daya berpikir  yang rasional terhambat.
·         Seorang anak juga dapat mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain baik secara sadar atau tidak sadar.  Contohnya seorang anak mengidentifikasi guru putri yang cantik.  Anak itu kemudian ingin secantik gurunya, paling sedikit dalam caranya berdandan
·         Simpati adalah factor terakhir yang membuat anak mengadakan proses social.  Simpati terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.   Faktor perasaan memegang peranan penting dalam simpati.  Oleh sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi dan anak anak tertib mematuhi peraturan peraturan kelas dalam belajar.
Untuk memudahkan sosialisasi dalam pendidikan maka guru menciptakan situasi terutama pada dirinya sendiri, agar factor factor yang mendasari sosialisasi ini muncul pada diri anak didik.  Misalnya guru harus menjadi contoh dalam berperilaku agar ditiru, diidentifikasi dan anak anak bersimpati kepadanya.  Begitu pula dengan kondisi kelas, perlu dibina dengan baik agar sosialisasi anak tidak terhambat.
c.       Peran Landasan Psikologis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di Indonesia.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Makin besar anak makin berkembang pula jiwanya dengan melalui tahap tahap tertentu hingga mencapai kedewasaan.  Dalam perkembangan jiwa dan jasmani itulah seyogyanya anak anak belajar sebab pada masa itu mereka peka belajar dan punya waktu banyak untuk belajar.  Masa belajar ini bertingkat tingkat sejalan dengan fase perkembangan mereka.  Oleh karena itu layanan pendidikan terhadap mereka harus dibuat bertingkat tingkat agar pelajaran dapat dipahami oleh anak anak.
Setiap anak juga punya gaya belajar dan pilihan terhadap lingkungan belajar yang berbeda beda, maka strategi yang digunakan harus disesuaikan. Bakat anak juga berbeda, karena itu diusahakan pengembangan bakatnya .
Contoh : Guru memberikan materi yang sesuai fase perkembangan siswanya, karena agar pembelajaran bermakna, guru memberikan strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.

2.      A. Keunggulan KTSP
·         KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai kondisi setempat.  Kondisi ini menyangkut kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Selain itu, KTSP sekolah memiliki  kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. 
·         Sekolah bisa berkembang semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi anak didik, misalnya menjadi sekolah plus. Jadi dalam hal ini pihak sekolah akan berupaya untuk menjadikan ‘sekolahnya menjadi sekolah pilihan masyarakat’
·         Partisipasi masyarakat dan orang tua siswa lebih tinggi ( tidak hanya dalam hal keuangan tetapi juga merumuskan serta mengembangkan program program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran)

B. Titik lemah pelaksanaan KTSP bila dikaitkan dengan keberadaan SDM bangsa Indonesia saat ini adalah ketidak seragaman kemampuan sumber daya sekolah terutama di daerah yang ditandai oleh:
·         Sebagian kepala sekolah dan guru masih belum memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kondisi dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
·         Kurikulum KTSP menuntut sekolah untuk punya visi dan misi yang jelas tetapi kadang kepala sekolah dan guru belum mampu untuk mewujudkan visi dan misi itu. Jadi baru tulisan di dinding sekolah.
·         Partisipasi masyarakat dan orang tua masih sangat rendah dalam pengembangan KTSP.
·         Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru masih belum aktif. Meskipun di kabupaten telah ditetapkan satu hari dalam seminggu bagi guru bidang studi untuk mengadakan pertemuan, tapi kebanyakan guru menggunakannya untuk hari libur karena tidak mengajar.
·         KTSP menuntut kemandirian guru teutama dalam melaksanakan, menyesuaikan dan mengadaptasikan KTSP dalam pembelajaran dikelas. Tetapi banyak guru masih tidak mau repot dan meskipun sudah membuat RPP, pelaksanaannya seringkali tidak sesuai.

3.      A.Persoalan dalam pendidikan karakter  di Indonesia

Pendidikan karakter bisa berbasis pada nilai religious, nilai budaya, lingkungan dan berbasis potensi diri.  Dalam pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter belum menggunakan strategi yang sesuai.  Aspek kognitif lebih ditekankan dibandingkan aspek afektif dan psikomotor.  Misalnya pembelajaran agama dan kewarganegaraan ujiannya masih menggunakan ujian tulis.  Belum menilai kesesuaian tingkah laku siswa dengan agamanya atau nilai budaya Indonesia.
Dalam kaitannya dengan karakter berbasis lingkungan, kita belum mampu memberikan contoh bagi generasi muda untuk peduli lingkungan dan kita belum memberikan penghargaan yang pantas untuk orang orang yang peduli lingkungan.  Dan kita belum memberi sangsi hukum  yang sesuai bagi perusak lingkungan.
Dalam kaitannya dengan potensi diri anak didiknya,kita belum mampu membentuk sikap pribadi yang punya kesadaran untuk memberdayakan potensi dirinya semaksimal mungkin.  

B. Solusi  yang harus dilakukan sekolah dalam pembelajaran karakter generasi muda sebagai pengganti generasi dimasa mendatang
·         Penggunaan metode behavioristik dengan memberi akan menumbuhkan karakter dan perilaku yang baik.  Hal ini ditunjukkan dengan : 1) teladan dari orang dewasa, (kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan) , 2) penegakan hukum atau pemberian sangsi yang sesuai dan 3) pemberian penghargaan bagi siapa yang bisa menjadi teladan.
·         Peningkatan kualitas pendidik (guru) dalam hal ini menyangkut masalah peningkatan pengetahuan (kognitif), maupun sikap (adaptif).
·         Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam upaya pengembangan karakter peserta didik.
·         Penambahan sarana & prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
·         Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga mampu mewujudkan manusia-manusia yang berkarakter.
·         Diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dengan keluarga, masyarakat, pemerintah dan stake holder dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
·         Adanya Evaluasi yang konsisten dan kontinu dari pihak sekolah dan instansi terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar