Menurut
Degeng (2008: 5) hakekat pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan
perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku
belajar. Penataan tersebut dilakukan oleh pembelajar dengan mengorganisasikan
pembelajaran sesuai teori teori belajar serta mendesain pembelajaran yang dapat
menimbulkan minat dan memotivasi pebelajar ( Uno, 2010: 82).
Kondisi
eksternal yang berpengaruh pada belajar yang penting adalah bahan belajar,
suasana belajar, media dan sumber belajar dan pembelajar ( Dimyati dan Mudjiono,1999: 33).
Sumber sumber belajar bisa guru / dosen /widya iswara, buku ajar, orang,
televise, VCD, radio-kaset, majalah, koran, internet, CD ROM, lingkungan atau
bahkan temannya sendiri ( Dwiyogo, 2008: 16). Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah terjadinya interaksi
antar pebelajar dengan sumber belajar. Menyusun sumber belajar yang membuat
pebelajar termotivasi untuk berinteraksi dengan sumber belajar merupakan tugas
desainer.
Menurut
Amri dan Ahmadi (2010: 157) bahan ajar disusun dengan tujuan: 1) menyediakan
bahan belajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik, 2) membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif
bahan ajar dan 3) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kekhususan
buku ajar juga dapat dilihat pada orientasinya yang memungkinkan pebelajar
mampu mengembangkan kemampuan belajarnya secara optimal sebab: 1) disusun
menurut struktur dan urutan isi yang sistematis, 2) menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, 3) menumbuhkan motivasi belajar pebelajar, 4)
mengantisipasi kesulitan belajar dan 5) menyediakan rangkuman serta balikan
(Dwiyogo, 2008:23). Pemberian rangkuman memiliki pengaruh yang efektif pada
perolehan belajar (Degeng, 1989:198).
Hal
penting dalam merancang bahan ajar adalah bahwa organisasi isi bahan ajar harus
berpijak pada karakteristik struktur isi mata pelajaran, sehingga dapat
meningkatkan perolehan belajar dan retensi daripada sekedar mengikuti urutan
buku teks (Degeng, 1989: 195).
Untuk memperbaiki desain bahan ajar, pengetahuan tentang perbedaan individu
perlu diintegrasikan dan dihubungkan dengan proses desain, sehingga bahan ajar
tidak hanya fleksibel tetapi juga mendukung perbedaan dan mampu mengakomodasi gaya
belajar yang berbeda beda(McLoughlin, 1999: 222-241).
Bahan ajar bisa dinilai
kesesuaiannya untuk dipakai dengan melihat apakah 1) urutan isinya tepat, 2)
memotivasi pebelajar, 3) ada partisipasi dan latihan untuk pebelajar, 4)
menyediakan umpan balik, 5) tersedianya penilaian yang tepat, 6) ada petunjuk
untuk tidak lanjut termasuk cara mempermudah memori dan transfer, 7) sistem
penyampaian dan format media sesuai dengan tujuan dan konteks pembelajaran dan
8) adanya petunjuk bagi pebelajar untuk mengarahkan pebelajar dari satu
komponen atau aktivitas ke komponen atau aktivitas selanjutnya (Dick ,et al, 2001: 247).
Menurut
Degeng (2008; 1-3) bagian pendahuluan dalam bahan ajar sebaiknya memasukkan
kerangka isi, tujuan, deskripsi singkat, relevansi isi bab dan kata kata
kunci. Sedang bagian isi terdiri dari
judul, uraian atau penjelasan, ringkasan dari konsep atau prinsip yang
dipelajari dan latihan.
Tujuan
pembelajaran dicantumkan dalam bahan ajar dengan tujuan memotivasi siswa dalam
melakukan proses belajar dalam upaya mencapai kompetensi yang diharapkan
(Pribadi, 2010: 18).
Rangkuman
memungkinkan pebelajar mempelajari kembali bagian yang penting dari suatu topik
pelajaran.Pemberian rangkuman akan dapat membantu pebelajar memahami pokok
pokok isi pembelajaran, baik dalam bentuk susunan atau hubungan antar konsep
atau prinsip, sehingga pemberian rangkuman akan menambah retensi ( Gani dalam
Irpan, 2008).
Latihan
yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat dan
retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru dipelajari (Pribadi, 2010:
20).
Tindak lanjut berisi umpan balik kepada
pebelajar. Fungsi umpan balik dalam bahan ajar adalah agar siswa mampu mengukur
kemampuannya sendiri. Bagi yang telah menguasai materi disarankan untuk
mengembangkan pengetahuan yang telah diperolehnya. Sedangkan bagi yang belum,
disarankan untuk mengulangi bagian yang masih sulit ( Prastowo, 2011: 159). Umpan
balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar yang telah
dicapai pebelajar setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil
belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi ( Pribadi,
2010: 20).
Daftar pustaka dicantumkan dalam bahan ajar
agar pebelajar yang ingin mengetahui lebih lengkap atau lebih jauh tentang suatu persoalan dari
sumber referensi tertentu dapat dilacak keberadaannya ( Prastowo, 2011: 161).
Bagi siswa SPP daftar pustaka (sumber pendukung) juga bisa memberikan wawasan
bahwa apa yang ada dalam bahan ajar bukanlah satu-satunya sumber belajar. Hal ini mengingat penerapan teknologi dalam
pengolahan pakan bersifat aplikatif.
Makin banyak pengetahuan pendukungnya maka akan makin mempermudah
aplikasinya dalam berbagai situasi.
Rujukan:
Rujukan:
Degeng,
INS. 2008. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar. Bahan Kuliah. Universitas PGRI Adi
Buana. Surabaya.
Dick,
W., Carey, L., dan Carey, J.O. 2001. The
Systematic Design of Instruction. Fifth Edition. New York : Longman.
Dwiyogo,
W.D. 2008. Aplikasi
Teknologi Pembelajaran: Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Prastowo,
A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta :
DIVA Press.
Pribadi,
B. A. 2009. Model
Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Dian Rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar