A. Perspektif Historis Mengajar
1. Ekspektasi
Peran di Masa Silam
Konsepsi tentang mengajar selalu berubah
sesuai pandangan dan nilai dalam masyarakat.
Seperti apa ‘sosok yang disebut guru’ juga selalu berubah. Untuk memahaminya, akan lebih baik kalau
lebih dahulu kita lihat peran guru di masa silam.
Pada awalnya orang yang diberi tanggung
jawab untuk mengajar adalah orang yang bisa baca tulis, dan tidak ada standar
tertentu. Kemunculan sekolah pada abad sembilan
belas belum memberikan syarat tertentu bagi seseorang untuk menjadi guru,
kecuali syarat kepribadiannya saja. Materi yang diajarkan disekolah juga hanya
membaca, menulis dan aritmatika.
2. Ekspektasi
Peran di Abad Kedua Puluh
Dengan adanya revolusi industry, banyak
orang tua yang semula bekerja dirumah kemudian harus bekerja di dunia
industry. Bekerja diluar rumah membuat
orang orang menyerahkan pengasuhan anak anak mereka ke sekolah.
Karena itu peran sekolah menjadi lebih
dari sekedar mengajari baca, tulis dan berhitung. Di banyak negara, sekolah menyediakan banyak layanan seperti perawatan kesehatan, transportasi,
penitipan anak saat jam kerja, dan penyediaan sarapan dan makan siang. Sekolah juga memberikan layanan konseling dan
kesehatan mental untuk memastikan kesejahteraan psikologik maupun emosional
anak anak.
Maksud penyekolahan yang semakin luas
memberi dampak pada ekspektasi masyarakat pada peran guru. Kemudian muncullah standar standar bagi
guru. Sekolah sekolah khusus didirikan untuk
melatih guru dibidang pengetahuan yang akan diajarkan dan untuk memastikan
bahwa guru memiliki pengetahuan pedagogi.
3. Tantangan
mengajar untuk Abad Kedua Puluh Satu
Lalu, seperti apakah harapan masyarakat
pada guru saat ini? Saat perubahan cara
mengakses dan menyimpan informasi dengan computer dan teknologi digital akan
mengubah banyak aspek pendidikan.
Tantangan untuk guru sekarang dan masa
yang akan datang:
·
Mengajar dalam
Masyarakat Multikultural
Semakin luas kesempatan pendidikan semakin banyak
siswa dan semakin beragam siswa. Kalau
dahulu pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu, sekarang
pendidikan adalah hak setiap anak. Penguasaan guru terhadap factor factor
sosiologi dan psikologi yang dimiliki setiap anak menjadi sangat penting.
·
Mengajar untuk
Konstruksi Makna
Guru dalam perspektif objektivis adalah individu
yang telah memperoleh segumpal pengetahuan penting dalam disiplin
tertentu. Peran guru adalah menularkan
pengetahuan itu. Dalam dua decade ini
berkembang persepktif konstruktivisme yang menganggap belajar adalah kegiatan
social dan cultural tempat pelajar mengkonstruksikan makna yang dipengaruhi
oleh interaksi antara pengetahuan sebelumnya dan peristiwa belajar baru. Jadi
guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan,
merenung dan berpikir secara kritis. Guru harus mengikuti perubahan peran dari
seorang sumber ilmu menjadi fasilitator pembelajaran.
·
Mengajar untuk
Pembelajaran Aktif
Dahulu pembelajaran dianggap sebagai kegiatan pasif
, dalam perspektif konstruktivis siswa terlibat aktif didalam pengalaman yang
relevan dan memiliki kesempatan untuk berdialog sehingga makna dapat berkembang
dan dikonstruksikan. Jadi guru
menekankan kolaborasi (anak anak saling bekerjasama untuk mengetahui dan memahami pelajaran. Metode
pembelajaran yang berfokus pada guru harus dikurangi.
·
Mengajar dengan
Pandangan Baru tentang Kemampuan
Teori
dan praktek tradisional mengatakan bahwa
setiap individu memiliki kemampuan mental yang spesifik. Para ahli menciptakan berbagai tes untuk mengukur
intelegensia dan kemampuan manusia. Tes
IQ dan tes bakat skolastik untuk mengukur kemampuan manusia. Tetapi para
psikolog kontemporer menentang ide yang mengatakan bahwa intelegensia bersifat
umum. Guru seharusnya tidak mendasarkan harapan terhadap siswa berdasarkan pada
nilai ujian IQ. Setiap siswa berbeda
dalam kemampuan mereka menghadapi abstaksi, memecahkan masalah dan
belajar.
·
Mengajar dan Pilihan
Karena makin banyak yang berpendapat bahwa kurikulum
tidak harus sama untuk semua siswa, saat ini ada berbagai alternative
sekolah. Tidak terbatas pada sekolah
negeri saja, tetapi juga sekolah yang mengejar profit. Bahkan juga home schooling sudah menjadi
pilihan banyak orang tua.
·
Mengajar dan
Akuntabilitas
Guru semakin dituntut untuk mendemonstrasikan
pengetahuan tentang pedagogi dan mata pelajaran yang akan diajarkannya. Dan ini menentukan untuk ‘dianggap pantas
atau tidak mendapat sertifikat’.
·
Mengajar dan Teknologi
Perkembangan teknologi informasi mungkin akan
berdampak pada kelas kelas masa depan jadi guru dituntut untuk mengikuti
perkembangan teknologi itu dan menyadari efek samping negative setiap inovasi.
Pengetahuan dan ketrampilan yang harus
dimiliki guru agar bisa menjadi guru professional digambarkan oleh Parkay dan
Stanford (1992) sebagai berikut:
Pengetahuan tentang
|
|||||||
diri sendiri dan siswa
|
|||||||
Pengetahuan tentang materi
|
Pengetahuan yang
|
||||||
Pelajaran
|
diperlukan
|
||||||
Pengetahuan tentang teori teori
|
Refleksi dan Pemecahan
|
Guru
|
|||||
dan penelitian pendidikan
|
Masalah
|
Profesional
|
|||||
Ketrampilan dan teknik
|
|||||||
Mengajar
|
|||||||
Ketrampilan yang
|
|||||||
Diperlukan
|
|||||||
Kecakapan interpersonal
|
|||||||
B.
Perspektif tentang
Pegajaran Efektif untuk Abad Kedua Puluh Satu
1.
Tujuan Akhir Mengajar
Yang terpenting bagi proses belajar
mengajar adalah pandangan tentang bagaimana anak anak belajar, tujuan utama
mengajar, dan definisi guru efektif.
Tujuan mengajar dalam masyarakat yang komplek sangat beragam dan usaha
untuk mendefinisikan guru efektif melbatkan pemikiran banyak pihak.
Sebagian orang berpendapat bahwa guru
efektif adalah guru yang mampu membangun hubungan yang akrab dengan siswa
siswanya dan mampu membangun lingkungan yang penuh untuk perkembangan pribadi
mereka. Sebagian lainnya berpendapat
guru efektif adalah orang yang memiliki kecintaan untuk belajar, penguasaan
yang tinggi tentang subyak akademik tertentu dan kemampuan untuk menularkan
subyek yang dikuasainya secara efektif kepada siswa siswanya. Ada juga yang
mendefinisikan guru efektif adalah guru yang dapat mengaktifkan energy siswa
untuk bekerja menuju tatanan yang lebih adil dan manusiawi. Isi kurikulum
pendidikan guru sendiri berupa pernyataan tentang apa yang perlu diketahui oleh
guru yang efektif.
Warga masyarakat yang majemuk dan
kompleks mengharapkan sekolah mampu memeuhi berbagai macam tujuan. Tetapi tujuan akhir mengajar adalah untuk
membantu siswa agar dapat menjadi pelajar yang independen ( mandiri) dan self
regulated (mampu mengatur dirinya sendiri).
2.
Pandangan Tentang Guru
Efektif
Pengajaran efektif membutuhkan individu
individu yang mampu secara akademik, yang menguasai subyek yang akan diajarkan
dan yang peduli pada kesejahteraan anak anak dan kaum muda. Pengajaran efektif juga membutuhkan individu
individu yang mampu menelurkan hasil terutama yang terkait dengan prestasi dan
pembelajaran social siswa. Tetapi untuk
menjadi guru efektif, ada atribut lain yang juga harus dimiliki, yaitu:
a. Guru
efektif memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan mereka mengembangkan
hubungan kemanusiaan yang autentik dengan siswa, orang tua siswa dan rekan
sejawatnya dan untuk mengembangkan kelas yang berkeadilan social dan demokratis
bagi anak anak dan kaum muda
b. Guru
efektif memiliki disposisi positif kearah pengetahuan. Mereka paling tidak menguasai tiga hal, dasar
pengetahuan yang luas untuk menagani subyek yang diajarkannya, perkembangan dan
pembelajaran manusia dan pedagogi.
Mereka menggunakan pengetahuan ini sebagai ilmu dan seni praktik
mengajarnya.
c. Guru
efektif menguasai sebuah repertoar praktik mengajar yang diketahui dapat
menstimulasi motivasi siswa, meningkatkan pencapaian ketrampilan dasar siswa,
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tingi dan menghasilkan pelajar pelajar
yang self regulated
d. Guru
yang efektif secara pribadi terdisposisi kearah refleksi dan problem
solving. Mereka menganggap belajar
adalah proses seumur hidup dan mereka dapat mendiagnosis berbagai situasi dan
mengadaptasikan serta menggunakan pengetahuan profesionalnya secara tepat
gunauntuk meningkatkan pembelajaran siswa dan untuk meningkatkan sekolahnya.
3.
Kualitas Personal untuk
Mengembangkan Hubungan Autentik
Selama bertahun tahun orang percaya
bahwa kualitas personal seorang guru merupakan atribut terpenting bagi
pengajaran efektif. Membangun hubungan autentik dengan siswa adalah prasyarat
bagi semua hal lain yang berhubungan dengan mengajar. Guru seharusnya memiliki
ekspektasi tinggi pada semua siswa dan tidak memiliki persepsi bahwa sebagian
siswa terutama yang berasal dari kaum minoritas
kurang mampu belajar.
4.
Dasar Pengetahuan untuk
Memandu Seni Praktik
Psikologi pendidikan adalah akumulasi
pengetahuan, kebijaksanaan, dan teori yang didasarkan pada pengalaman yang
seharusnya dimiliki setiap guru untuk memecahkan masalah masalah pengajaran
sehari hari dengan cerdas (Slavin, 2008). Tetapi disisi lain dalam mengajar ada
hal hal yang tidak bisa hanya dituntun oleh pengetahuan ilmiah saja tetapi
bergantung pada proses judgement individual kompleks yang didasarkan pada
pengalaman pribadi. Hal ini digambarkan oleh Gage (1984) sebagai sebuah seni
instrumental, mengajar adalah sesuatu yang berangkat dari ‘resep’, formula atau
alogaritma. Mengajar membutuhkan improvisasi, spontanitas, penanganan sejumlah pertimbangan tentang
bentuk, gaya, kecepatan, ritme dan ketepatgunaan dengan cara yang begitu
kompleks sehingga bahkan computer sekalipun tidak mampu melakukannya.
Seberapa
ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun seni
dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan guru (Johnson dan Newman
dalam Santrock, 2004). Guru harus
menguasai beragam prespektif dan strategi
dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel.
Lee Schulman (1987), mengorganisasikan
pengetahuan yang penting bagi guru kedalam tujuh kategori: 1) pengetahuan
tentang isi pelajaran yang akan diajarkannya, 2) pengetahuan tentang pedagogis
ilmu yang akan diajarkannya, 3) pengetahuan tentang siswa dan karakteristiknya,
4) pengetahuan tentang pedagogis umum, 5) pengetahuan tentang konteks
pendidikan, 6) pengetahuan tentang kurikulum dan 7) pengetahuan tentang
sasaran, maksud dan nilai nilai pendidikan dan dasar dasar filosofis dan
historisnya.
5.
Repertoar Praktik yang
Efektif
Repertoar mengacu pada sejumlah strategi
dan proses yang disiapkan untuk digunakan. Guru yang efektif mengembangkan sebuah metode dan ketrampilan
agar dapat melaksanakan berbagai aspek pekerjaannya.
Karena
mengajar adalah hal kompleks dan karena murid murid bervariasi, maka tidak ada
cara tunggal untuk mengajar yang efektif
untuk semua hal . Guru harus
menguasai beragam perspektif dan strategi dan harus bisa mengaplikasikannya
secara fleksibel. Hal ini menurut
Santrock (2004) membutuhkan dua hal utama yaitu:
1. Pengetahuan
dan keahlian professional
Guru yang efektif menguasai materi
pelajaran dan keahlian atau ketrampilan mengajar yang baik. Guru efektif memiliki strategi pengajaran
yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan
manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana
memotivasi, berkomunikasi dan berhubungan secara efektif dengan murid murid dari beragam latar
belakang cultural. Mereka juga mampu
menggunakan teknologi yang tepat guna didalam kelas.
2. Komitmen
dan motivasi
Menjadi
guru yang efektif membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan
perhatian pada murid. Setiap hari guru yang efektif membawa sikap positif dan
semangat dalam kelas. Sifat ini akan membuat kelas menjadi nyaman.
Guru terlepas dari tingkat kelas yang
diampunya, subyek yang diajarkannya atau tipe sekolah tempat mereka mengajar,
diminta untuk melaksanakan tiga fungsi penting.
Mereka memberikan kepemimpinan kepada sekelompok siswa, mereka
memberikan pengajaran secara tatap muka kepada siswa dan mereka bekerja sama
dengan rekan sejawat, orang tua siswa dan orang lain untuk memperbaiki kelas
dan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Pekerjaan seorang guru dapat
dikonseptualisasikan diseputar tiga fungsi: kepemimpinan, instruksional dan
organisasional Aspek aspek kepemimpinan mengajar mengacu pada peran peran
kepemimpinan yang diharapkan untuk dimainkan guru dikelas mereka, misalnya
memberikan motivasi, merencanakan dan mengalokasikan sumber sumber daya yang
langka. Aspek aspek instruksional mengacu kepada metode dan proses yang
digunakan guru selama mereka memberikan pengajaran kepada siswa siswanya dari
hari kehari Aspek aspek organisasional mengajar mengacu pada aspek pekerjaan
guru dalam komunitas sekolahnya,termasuk bekerja bersama rekan rekan sejawat,
orang tua siswa, dan personel kepemimpinan sekolah.
6.
Refleksi dan Mengatasi
Masalah
Banyak masalah yang dihadapi guru
bersifat situasional dan unik. Kasus
kasus yang unik dan situasional membutuhkan “art of practice” sesuatu yang
tidak dapat dipelajari dengan membaca buku saja. Guru efektif belajar untuk mendekati situasi
situasi yang unik dengan orientasi problem solving dan mempelajari seni
mengajar melalui refkesi terhadap praktiknya sendiri.
Selain itu, banyak masalah yang dihadapi
guru menjadi masalah nilai nilai dan prioritas yang dapat dijelaskan tetapi
tidak dapat dibantu pengambilan keputusannya oleh pengetahuan ilmiah. Ahli psikologi juga mengakui bahwa mengajar
terkadang harus mengabaikan saran saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi
dan spontanitas ( Gage dalam Santrock, 2004)
C.
Belajar Mengajar
Dibutuhkan waktu lama untuk menjadi
piawai di hampir semua pekerjaan manusia. Menjadi guru yang benar benar piawai
tidak ada bedanya. Dibutuhkan berbagai
tindakan dengan keinginan yang kuat untuk mencapai kesempurnaan, dibutuhkan
sikap bahwa belajar mengajar adalah proses seumur hidup. Menjadi guru
professional adalah menjadi pebelajar sepanjang hayat terutama tentang proses
belajar mengajar dan tentang materi yang diajarkan. Guru professional menjadikan dirinya guru
sekaligus pebelajar, tidak akan berhenti belajar meskipun sudah mendapatkan
gelar sarjana dan sertifikat mengajar (Parkay dan Stanford, 1992)
1. Model
Model Perkembangan Guru
Individu berkembang secara kognitif dan
afektif melalui berbagai tahapan. Ketika
belajar mengajar, mahasiswa memperoleh pengalaman melalui struktur kognitif
yang sudah ada pada dirinya. Jelas, individu yang memasuki dunia mengajar
memiliki struktur kognitif yang kompleks tentang mengajar karena mereka telah
menghabiskan waktu ber jam jam untuk mengobservasi guru guru yang mengajar
mereka selama bertahun tahun disekolah dahulu. Ketika memperoleh pengalaman
baru, pertumbuhan terjadi, dan dn mahasiswa maju ke tahapan yang lebih
kompleks. Akan tetapi pertumbuhan tidak
otomatis dan hanya terjadi bila pengalaman yang tepat memberikan stimulus
kepada pertumbuhan kognitif dan emosional seseorang. Bila kondisi lingkungan tidak optimal maka
maka belajar terhambat.
Menjadi guru adalah sebuah proses yang
perkembangannya berlangsung secara agak sistematis, melalui tahapan tahapan
yang peluang tumbuhnya akan tetap statis bila tidak ada pengalaman yang tepat dijalani. Tahapan itu menurut Fuller adalah sebagai
berikut:
a. Survival
stage
Terjadi ketika orang pertama kali mengajar dimana
dia belum yakin akan kemampuannya.
b. Teaching
situation stage
Guru mulai merasa mampu dan melewati tahap bertahan.
Berbagai aspek pengontrolan dan interaksi dengan siswa menjadi rutinitas. Guru mulai mengalihkan perhatiannya kepada
situasi mengajar itu sendiri.
c. Student
research and mastery stage
Individu matang sebagai guru dan menemukan cara
untuk mengatasi segala kekhawatiran survival maupun situasionalnya. Guru bisa menjangkau isu isu tingkat tinggi
dan mulai berpikir tentang kebutuhan social dan emosional siswa, bersikap adil
dan mampu memilih strategi dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Hal
hal yang mempengaruhi awal mengajar
Beberapa aspek belajar mengajar
dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki guru dengan figure figure orang
dewasa yang penting baginya. Khususnya guru guru selama mereka tumbuh dan
menjalani masa sekolahnya.
Orang tua dan guru sering mempengaruhi
keputusan seseorang untuk memasuki dunia mengajar. Akan tetapi, ingatan tentang guru favorit
tidak boleh menjadi model terbaik untuk mengembangkan gaya mengajar seseorang,
karena guru guru tersebut barangkali tidak seefektif kelihatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arends,
Richard I.. 2008. Learning to teach. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar.
Parkay,
F.W. dan Stanford, B.H. 1992. Becoming a Teacher: Accepting the Challenge
of a Profession. Second Edition. USA. Allyn and Bacon.
Slavin,
R. E.2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi ke delapan.
Jakarta. PT Indeks
Santrock,
J.W. 2004. Psikologi Pendidikan. Edisi kedua. Jakarta. Pustaka Grafika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar