Minggu, 15 Januari 2023

PARAMETER SUSUNAN RANSUM TERNAK RUMINANSIA

 Materi untuk siswa agribisnis ternak ruminansia

Tujuan pembelajaran:

1.      Setelah mempelajari bahan ajar siswa mampu menjelaskan parameter penyusunan ransum ternak ruminansia

2.      Setelah mempelajari bahan ajar siswa mampu menjelaskan hal hal yang diperlukan untuk menyusun ransum sederhana

KONSEP KUNCI:

BAHAN KERING

TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT

ENERGI

PROTEIN KASAR

MINERAl

KEBUTUHAN NUTRISI

KOMPOSISI NUTRISI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Penyusunan ransum ternak pada skala industry  saat ini telah dilakukan dengan program program computer sehingga menghasilkan susunan ransum termurah (least cost ration). Namun kompetensi untuk menyusun ransum tetaplah harus dimiliki oleh formulator pakan. Program program computer hanyalah alat bantu hitung bagi penyusun ransum.

Kompetensi untuk menyusun ransum merupakan kemampuan memadukan berbagai bahan pakan yang tersedia dan ekonomis menjadi ransum yang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ternak.

Kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak, tujuan pemeliharaan, umur dan produktivitas ternak.

A.    Parameter susunan ransum ternak ruminansia

Parameter  pertama digunakan untuk menyusun ransum ternak ruminansia dihitung dari kebutuhan bahan kering (BK). Jumlah bahan kering menggambarkan kebutuhan ternak akan keinginan makan seekor ternak dan batasan jumlah pakan untuk menjaga fungsi saluran pencernaannya. Pemberian yang kurang menyebabkan ternak merasa ‘masih’ lapar dan pemberian yang berlebih tidak bisa dihabiskan oleh ternak. Ruminansia potong memerlukan dan sanggup mengkonsumsi bahan kering sebanyak 2-3% dari bobot tubuhnya. Penggunaan pakan hijauan atau pakan berserat tinggi lainnya minimal 1% untuk mencegah kembung. Pada induk laktasi, pakan berserat tinggi digunakan minimal 1,5% untuk menjaga kadar lemak susunya. Contoh: seekor sapi potong yang beratnya 300 kg memerlukan minimal 3 kg BK pakan kasar. Apabila diberikan rumput segar dengan BK 20% maka banyaknya rumput yang diberikan untuk mencegah kembung adalah 3 X 100/20 = 15 kg.  Untuk memenuhi kebutuhan BK nya bisa ditambah dengan bahan konsentrat dari biji-bijian atau umbi umbian.

Dari BK yang dikonsumsi akan didapatkan nutrisi yang diperlukan. Nutrisi yang pertama kali perlu diperhitungkan adalah energy.Energi dalam pakan diukur dengan jumlah energy tercerna, total digestible nutrient (TDN), energy metabolism, dan energy netto. Banyak table kebutuhan dan table nutisi pakan mencantumkan nilai TDN karena TDN menggambarkan nutrisi yang bisa dicerna apabila seekor ternak mengkosumsi satu bahan pakan. Pakan kasar memiliki presentase TDN yang rendah sedangkan bijian dan umbi-umbian memiliki presentase TDN yang lebih tinggi. Makin tinggi produktivitas ternak, maka presentase kebutuhan TDN makin tinggi pula. Hal ini berarti makin banyak porsi biji-bijian atau umbi-umbian didalam ransum yang diberikan. Nilai BK dan TDN memadai untuk penghitungan ransum sederhana. Namun untuk penghitungan lebih tepat, energy biasanya dihitung dengan nilai energy metabolisme, dan energy netto.

Setelah BK dan TDN, nutrisi yang perlu diperhitungkan adalah protein . Untuk ruminansia penghitungan protein bisa dilakukan dengan melihat kadar protein kasar atau protein tercerna. Bahan pakan yang mengandung banyak protein berasal dari leguminosa (kacang kacangan). Bahan dari hewani dibatasi penggunaannya pada ruminansia, terutama untuk tepung darah, dan tepung daging telah dilarang penggunaannya karena diduga menyebabkan penyakit sapi gila. Penggunaan tepung ikan dibatasi 250 g ekor/hari.

Mineral juga harus diperhitungkan pada penyusunan ransum ternak. Pemberiannya bisa dicampurkan dalam ransum dan dihitung dalam penyusunan ransum dan bisa juga dipisahkan tersendiri. Mineral yang paling banyak dibutuhkan adalah Kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral mineral lain diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Imbangan mineral merupakan hal yang penting, oleh karena itu membeli campuran multivitamin dan mineral yang dijual dipasar lebih mudah dilakukan daripada menyusun sendiri keperluan mineral dan vitamin.

Vitamin juga diperlukan oleh ternak dalam jumlah kecil. Beberapa literature dari negara sub tropis mencantumkan kebutuhan vitamin A secara khusus. Namun di Indonesia, dimana ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan maka biasanya penghitungannya diabaikan karena defisiensi vitamin A jarang ditemukan. 

Kebutuhan ternak akan mineral dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu bibit/breed, umur, jenis kelamin, kecepatan pertumbuhan, status fisiologis, level dan bentuk kimia mineral dalam ingesta dan interaksi dengan mineral lain dalam ransum ( Pond, et al. 2005).

B.     Hal hal yang diperlukan dalam penyusunan ransum

Hal hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan ransum adalah :

1.      Kebutuhan nutrisi ternak yang akan disusun ransumnya

2.      Komposisi nutrisi bahan bahan  pakan yang tersedia

Persamaan nilai nutrisi diperlukan dalam memadukan keduanya. Apabila dalam tabel kebutuhan  nutrisi yang tertera adalah protein kasar, maka dalam tabel komposisi nutrisi bahan juga tercantum nilai protein kasar. Apabila dalam tabel kebutuhan yang tertera adalah protein tercerna, maka dalam komposisi nutrisi haruslah ada nilai protein tercerna bahan yang akan digunakan. Apabila yang tersedia adalah nilai protein kasar, maka formulator harus mengkonversi nilai protein kasar tersebut menjadi nilai protein tercerna.  

Formulator juga harus memperhatikan bahwa  ruminansia besar menggunakan jenis/bagian hijauan yang relatif kasar, tetapi domba kurang menyukainya, kambing lebih menyukai meramban daun daunan yang tidak disukai domba ( Parakassi, 1999). Jadi hal ini harus dipertimbangkan dalam memilih bahan.

Tujuan pemberian konsentrat pada hewan yang sedang digemukkan antara lain adalah agar ternak bersangkutan dapat cepat terjual, untuk memenuhi permintaan kualitas karkas tertentu, untuk memanfaatkan surplus bijian yang tidak digunakan manusia. Pembiasaan pakan konsentrat pada sapi yang belum pernah mendapat konsentrat sebelumnya bisa dilakukan dengan (1) membiarkan hewan lapar, (2) pemberian flavour yang disukai ternak, (3)pada saat pemberian pakan konsentrat diletakkan  dibawah hijauan atau (4) kadang bisa juga konsentrat dibasahi dengan air atau air garam

Sapi yang mendapat ransum hijauan saja akan memiliki karkas kualitas rendah, daging kurang empuk, perlemakkanya kurang, warna lemak lebih kuning. Sebaliknya sapi yang mendapat ransum konsentrat dagingnya lebih empuk, citarasanya lebih disukai dan lebih palatable.

Ruminansia mampu mengubah nitrogen non protein (NPN) menjadi protein. Sumber NPN yang paling murah adalah urea. Namun penggunaannya harus dibatasi dan disertai bahan yang mengandung karbohidrat mudah terfermentasi. Urea tidak boleh digunakan melebihi 1% dari ransum atau 5% dari bijian ransum (Parakassi, 1999). Larutan tetes yang mengandung 2,5% urea bisa diberikan secara adlibitum.

Gambar 1.1 Urea

Hal lain yang juga harus diingat, kadar lemak pakan ruminan yang melebihi 7-8 % akan menyebabkan gangguan pencernaan, terutama penurunan konsumsi yang disebabkan oleh gangguan fungsi mikroorganisme dalam rumen.

Penyusunan ransum sederhana menggunakan metode sederhana tidak memperhitungkan kebutuhan nutrisi selain energy dan protein untuk ternak, oleh karena itu akan lebih baik jika saat membuat campuran ditambahkan mineral dan vitamin (premix) yang banyak beredar dipasaran. Jumlahnya disesuaikan dengan rekomendasi produsen (biasanya 0,1-0,2% dari total konsentrat). Mineral makro seperti Ca, P, Na, Cl, K, Mg dan S bisa ditambahkan dengan pemberian mineral blok yang akan dijilati oleh ternak untuk memenuhi kekurangan mineral dari ransumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar