Materi untuk siswa agribisnis ternak ruminansia
Tujuan pembelajaran:
1.
Setelah
mempelajari bahan ajar siswa mampu menjelaskan parameter penyusunan ransum
ternak ruminansia
2.
Setelah
mempelajari bahan ajar siswa mampu menjelaskan hal hal yang diperlukan untuk
menyusun ransum sederhana
KONSEP
KUNCI: BAHAN KERING TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT ENERGI PROTEIN KASAR MINERAl KEBUTUHAN NUTRISI KOMPOSISI NUTRISI
Penyusunan ransum ternak pada skala
industry saat ini telah dilakukan dengan
program program computer sehingga menghasilkan susunan ransum termurah (least
cost ration). Namun kompetensi untuk menyusun ransum tetaplah harus dimiliki
oleh formulator pakan. Program program computer hanyalah alat bantu hitung bagi
penyusun ransum.
Kompetensi untuk menyusun ransum
merupakan kemampuan memadukan berbagai bahan pakan yang tersedia dan ekonomis
menjadi ransum yang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ternak.
Kebutuhan nutrisi ternak tergantung
pada jenis ternak, tujuan pemeliharaan, umur dan produktivitas ternak.
A. Parameter susunan ransum
ternak ruminansia
Parameter pertama digunakan untuk menyusun ransum
ternak ruminansia dihitung dari kebutuhan bahan kering (BK). Jumlah bahan
kering menggambarkan kebutuhan ternak akan keinginan makan seekor ternak dan
batasan jumlah pakan untuk menjaga fungsi saluran pencernaannya. Pemberian yang
kurang menyebabkan ternak merasa ‘masih’ lapar dan pemberian yang berlebih
tidak bisa dihabiskan oleh ternak. Ruminansia potong memerlukan dan sanggup
mengkonsumsi bahan kering sebanyak 2-3% dari bobot tubuhnya. Penggunaan pakan
hijauan atau pakan berserat tinggi lainnya minimal 1% untuk mencegah kembung.
Pada induk laktasi, pakan berserat tinggi digunakan minimal 1,5% untuk menjaga
kadar lemak susunya. Contoh: seekor sapi potong yang beratnya 300 kg memerlukan
minimal 3 kg BK pakan kasar. Apabila diberikan rumput segar dengan BK 20% maka
banyaknya rumput yang diberikan untuk mencegah kembung adalah 3 X 100/20 = 15
kg. Untuk memenuhi kebutuhan BK nya bisa
ditambah dengan bahan konsentrat dari biji-bijian atau umbi umbian.
Dari BK yang dikonsumsi akan
didapatkan nutrisi yang diperlukan. Nutrisi yang pertama kali perlu diperhitungkan
adalah energy.Energi dalam pakan diukur dengan jumlah energy tercerna, total
digestible nutrient (TDN), energy metabolism, dan energy netto. Banyak table
kebutuhan dan table nutisi pakan mencantumkan nilai TDN karena TDN
menggambarkan nutrisi yang bisa dicerna apabila seekor ternak mengkosumsi satu
bahan pakan. Pakan kasar memiliki presentase TDN yang rendah sedangkan bijian
dan umbi-umbian memiliki presentase TDN yang lebih tinggi. Makin tinggi
produktivitas ternak, maka presentase kebutuhan TDN makin tinggi pula. Hal ini
berarti makin banyak porsi biji-bijian atau umbi-umbian didalam ransum yang
diberikan. Nilai BK dan TDN memadai untuk penghitungan ransum sederhana. Namun
untuk penghitungan lebih tepat, energy biasanya dihitung dengan nilai energy
metabolisme, dan energy netto.
Setelah BK dan TDN, nutrisi yang
perlu diperhitungkan adalah protein . Untuk ruminansia penghitungan protein
bisa dilakukan dengan melihat kadar protein kasar atau protein tercerna. Bahan
pakan yang mengandung banyak protein berasal dari leguminosa (kacang kacangan).
Bahan dari hewani dibatasi penggunaannya pada ruminansia, terutama untuk tepung
darah, dan tepung daging telah dilarang penggunaannya karena diduga menyebabkan
penyakit sapi gila. Penggunaan tepung ikan dibatasi 250 g ekor/hari.
Mineral juga harus diperhitungkan
pada penyusunan ransum ternak. Pemberiannya bisa dicampurkan dalam ransum dan
dihitung dalam penyusunan ransum dan bisa juga dipisahkan tersendiri. Mineral
yang paling banyak dibutuhkan adalah Kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral
mineral lain diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Imbangan mineral merupakan
hal yang penting, oleh karena itu membeli campuran multivitamin dan mineral
yang dijual dipasar lebih mudah dilakukan daripada menyusun sendiri keperluan
mineral dan vitamin.
Vitamin juga diperlukan oleh ternak
dalam jumlah kecil. Beberapa literature dari negara sub tropis mencantumkan
kebutuhan vitamin A secara khusus. Namun di Indonesia, dimana ternak ruminansia
mengkonsumsi hijauan maka biasanya penghitungannya diabaikan karena defisiensi
vitamin A jarang ditemukan.
Kebutuhan ternak akan mineral
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu bibit/breed, umur, jenis kelamin,
kecepatan pertumbuhan, status fisiologis, level dan bentuk kimia mineral dalam
ingesta dan interaksi dengan mineral lain dalam ransum ( Pond, et al. 2005).
B. Hal hal yang diperlukan dalam
penyusunan ransum
Hal hal yang harus diperhatikan
dalam penyusunan ransum adalah :
1.
Kebutuhan nutrisi ternak yang akan
disusun ransumnya
2.
Komposisi nutrisi bahan bahan pakan yang tersedia
Persamaan nilai nutrisi diperlukan
dalam memadukan keduanya. Apabila dalam tabel kebutuhan nutrisi yang tertera adalah protein kasar,
maka dalam tabel komposisi nutrisi bahan juga tercantum nilai protein kasar.
Apabila dalam tabel kebutuhan yang tertera adalah protein tercerna, maka dalam
komposisi nutrisi haruslah ada nilai protein tercerna bahan yang akan
digunakan. Apabila yang tersedia adalah nilai protein kasar, maka formulator
harus mengkonversi nilai protein kasar tersebut menjadi nilai protein tercerna.
Formulator juga harus memperhatikan
bahwa ruminansia
besar menggunakan jenis/bagian hijauan yang relatif kasar, tetapi domba kurang
menyukainya, kambing lebih menyukai meramban daun daunan yang tidak disukai
domba ( Parakassi, 1999). Jadi hal ini harus dipertimbangkan dalam memilih
bahan.
Tujuan pemberian konsentrat pada hewan yang sedang digemukkan
antara lain adalah agar ternak bersangkutan dapat cepat terjual, untuk memenuhi
permintaan kualitas karkas tertentu, untuk memanfaatkan surplus bijian yang
tidak digunakan manusia. Pembiasaan pakan konsentrat pada sapi yang belum
pernah mendapat konsentrat sebelumnya bisa dilakukan dengan (1) membiarkan
hewan lapar, (2) pemberian flavour yang disukai ternak, (3)pada saat pemberian
pakan konsentrat diletakkan dibawah
hijauan atau (4) kadang bisa juga konsentrat dibasahi dengan air atau air garam
Sapi yang mendapat ransum
hijauan saja akan memiliki karkas kualitas rendah, daging kurang empuk,
perlemakkanya kurang, warna lemak lebih kuning. Sebaliknya sapi yang mendapat
ransum konsentrat dagingnya lebih empuk, citarasanya lebih disukai dan lebih
palatable.
Ruminansia mampu
mengubah nitrogen non protein (NPN) menjadi protein. Sumber NPN yang paling
murah adalah urea. Namun penggunaannya harus dibatasi dan disertai bahan yang
mengandung karbohidrat mudah terfermentasi. Urea tidak boleh digunakan melebihi
1% dari ransum atau 5% dari bijian ransum (Parakassi, 1999). Larutan tetes yang
mengandung 2,5% urea bisa diberikan secara adlibitum.
Gambar 1.1 Urea
Hal lain yang juga harus
diingat, kadar lemak pakan ruminan yang melebihi 7-8 % akan menyebabkan
gangguan pencernaan, terutama penurunan konsumsi yang disebabkan oleh gangguan
fungsi mikroorganisme dalam rumen.
Penyusunan ransum
sederhana menggunakan metode sederhana tidak memperhitungkan kebutuhan nutrisi
selain energy dan protein untuk ternak, oleh karena itu akan lebih baik jika
saat membuat campuran ditambahkan mineral dan vitamin (premix) yang banyak
beredar dipasaran. Jumlahnya disesuaikan dengan rekomendasi produsen (biasanya
0,1-0,2% dari total konsentrat). Mineral makro seperti Ca, P, Na, Cl, K, Mg dan
S bisa ditambahkan dengan pemberian mineral blok yang akan dijilati oleh ternak
untuk memenuhi kekurangan mineral dari ransumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar