Pada
saat saya mempelajari tentang nilai guru penggerak sebagai sesuatu keyakinan
yang dipegang oleh guru penggerak, menjadi pedoman dan diterapkan oleh guru
penggerak, saya mendapatkan hal hal yang baru. Selama ini saya memang seorang
yang mandiri sejak kecil, mencari sekolah sendiri dan bekerja jauh dari
keluarga. Saya juga belajar sendiri, mencari ilmu selama saya menjadi guru,
mengikuti program akta mengajar di UT, mengikuti pelatihan pelatihan atas
inisiatif sendiri dan juga mengikuti seleksi untuk mendapatkan beasiswa tugas
belajar.
Saya
juga sudah sering berkolaborasi dalam kegiatan sekolah misalnya saat saya
menjadi wakil kepala sekolah bidang manajemen mutu dan menjadi kepala program
keahlian. Saya bekerja besama rekan sejawat, pimpinan, dunia usaha/ dunia
industry dan juga dengan orang tua murid saat pelaksaanan praktik kerja
lapangan.
Namun dalam nilai guru penggerak, selain
mandiri dan kolaboratif, guru penggerak juga harus memiliki nilai reflektif,
inovatif dan berpihak pada murid. Nilai nilai baru tersebut membuat saya
berpikir tentang apa yang sudah saya lakukan pada murid saya selama 18 tahun
mengajar di SMK PP Pelaihari.
Selama
ini saya mungkin pribadi yang inovatif dalam bidang kompetensi saya, namun
sangat kurang dalam bidang yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas saya.
Inovasi yang saya pikirkan adalah tentang materi terbaru atau teknologi modern
bidang peternakan saja. Meskipun saya telah belajar 2 tahun di bidang teknologi
Pendidikan pada tahun 2010-2012, ternyata itu tidak mengubah banyak tindakan
saya.
Saya
bukanlah pribadi yang reflektif dan berpihak pada murid, saya masih menggunakan
cara cara lama dalam mengajar. Saya juga tidak memahami filosofi Pendidikan Ki
Hajar Dewantara . Pembelajaran saya hanya berfokus pada pengembangan kompetensi
kejuruan bidang peternakan. Saya masih menjadikan murid sebagai objek saja.
Setelah
saya paham bahwa seharusnya guru berpihak pada murid, saya merasa bahwa terlalu
banyak kekurangan saya. Seharusnya saya memfasilitasi murid saya, bukan
menargetkan murid mencapai kompetensi sesuai target kurikulum.
Disamping
nilai nilai baru yang saya pelajari, saya juga mempelajari peran guru
penggerak. Peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajaran,
2)menggerakkan komunitas praktisi, 3) menjadi coach bagi guru lain, 4)
mendorong kolaborasi antar guru dan 5) mewujudkan kepemimpinan murid
Sebelumnya
saya telah mengambil banyak peran di sekolah, namun setelah belajar nilai dan
peran guru penggerak, ada hal baru yang saya pikirkan. Selama ini saya telah
menjadi coach bagi guru lain baik dalam in house training maupun di SMK lain,
tentang penyusunan modul ajar. Namunperan guru penggerak yang lain belum saya
lakukan. Selama ini komunitas yang ada disekolah hanyalah komunitas guru mata
pelajaran dan pertemuannya hanya membahas hal hal yang berhubungan dengan
bidang peternakan. Belum ada pertemuan yang memahas kendala kendala
pembelajaran, permasalahan murid atau pengembangan diri guru. Kolaborasi guru
juga merupakan hal yang sangat terjadi disekolah saya. Guru masih mengajar
sendiri sendiri. Tidak saling mengamati pembelajaran dikelas.
Kepemimpinan
murid yang diharapkan juga belum maksimal dikembangkan. Hanya bagian kesiswaan
dan OSIS yang menangani penegmbangan kepemimpinan murid. Padahal seharusnya ini
adalah tanggung jawab semua guru.
Setelah
saya belajar, saya berpikir untuk merubah kebiasaan lama yang masih belum
sesuai dengan peran guru penggerak. Saya akan tetap melakukan hal hal yang
sesuai dengan perak guru penggerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar