Penyusunan ransum ternak pada skala industry saat ini telah dilakukan dengan program
program computer sehingga menghasilkan susunan ransum termurah (least cost
ration). Namun kompetensi
untuk menyusun ransum tetaplah harus dimiliki oleh formulator pakan. Program
program computer hanyalah alat bantu hitung bagi penyusun ransum.
Kompetensi untuk menyusun ransum merupakan kemampuan
memadukan berbagai bahan pakan yang tersedia dan ekonomis menjadi ransum yang
mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ternak.
Kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak,
tujuan pemeliharaan, umur dan produktivitas ternak.
A.
Parameter
susunan ransum ternak ruminansia
Parameter
pertama digunakan untuk menyusun ransum ternak ruminansia dihitung dari
kebutuhan bahan kering (BK). Jumlah bahan kering menggambarkan kebutuhan ternak
akan keinginan makan seekor ternak dan batasan jumlah pakan untuk menjaga
fungsi saluran pencernaannya. Pemberian yang kurang menyebabkan ternak merasa
‘masih’ lapar dan pemberian yang berlebih tidak bisa dihabiskan oleh ternak. Ruminansia
potong memerlukan dan sanggup mengkonsumsi bahan kering sebanyak 2-3% dari
bobot tubuhnya. Penggunaan pakan
hijauan atau pakan berserat tinggi lainnya minimal 1% untuk mencegah kembung.
Pada induk laktasi, pakan berserat tinggi digunakan minimal 1,5% untuk menjaga
kadar lemak susunya. Contoh: seekor sapi potong yang beratnya 300 kg memerlukan
minimal 3 kg BK pakan kasar. Apabila diberikan rumput segar dengan BK 20% maka
banyaknya rumput yang diberikan untuk mencegah kembung adalah 3 X 100/20 = 15
kg. Untuk memenuhi kebutuhan BK nya bisa
ditambah dengan bahan konsentrat dari biji-bijian atau umbi umbian.
Dari BK yang dikonsumsi akan didapatkan nutrisi yang
diperlukan. Nutrisi yang pertama kali perlu diperhitungkan adalah energy.Energi
dalam pakan diukur dengan jumlah energy tercerna, total digestible nutrient
(TDN), energy metabolism, dan energy netto. Banyak table kebutuhan dan table
nutisi pakan mencantumkan nilai TDN karena TDN menggambarkan nutrisi yang bisa
dicerna apabila seekor ternak mengkosumsi satu bahan pakan. Pakan kasar
memiliki presentase TDN yang rendah sedangkan bijian dan umbi-umbian memiliki
presentase TDN yang lebih tinggi. Makin tinggi produktivitas ternak, maka
presentase kebutuhan TDN makin tinggi pula. Hal ini berarti makin banyak porsi
biji-bijian atau umbi-umbian didalam ransum yang diberikan. Nilai BK dan TDN
memadai untuk penghitungan ransum sederhana. Namun untuk penghitungan lebih
tepat, energy biasanya dihitung dengan nilai energy metabolisme, dan energy
netto.
Setelah BK dan TDN, nutrisi yang perlu diperhitungkan
adalah protein . Untuk ruminansia penghitungan protein bisa dilakukan dengan
melihat kadar protein kasar atau protein tercerna. Bahan pakan yang mengandung
banyak protein berasal dari leguminosa (kacang kacangan). Bahan dari hewani
dibatasi penggunaannya pada ruminansia, terutama untuk tepung darah, dan tepung
daging telah dilarang penggunaannya karena diduga menyebabkan penyakit sapi
gila. Penggunaan tepung ikan dibatasi 250 g ekor/hari.
Mineral juga harus diperhitungkan pada penyusunan ransum
ternak. Pemberiannya bisa dicampurkan dalam ransum dan dihitung dalam
penyusunan ransum dan bisa juga dipisahkan tersendiri. Mineral
yang paling banyak dibutuhkan adalah Kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral
mineral lain diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Imbangan mineral merupakan
hal yang penting, oleh karena itu membeli campuran multivitamin dan mineral
yang dijual dipasar lebih mudah dilakukan daripada menyusun sendiri keperluan
mineral dan vitamin.
Vitamin juga diperlukan oleh ternak dalam jumlah kecil.
Beberapa literature dari negara sub tropis mencantumkan kebutuhan vitamin A
secara khusus. Namun di Indonesia, dimana ternak ruminansia mengkonsumsi
hijauan maka biasanya penghitungannya diabaikan karena defisiensi vitamin A
jarang ditemukan.
Kebutuhan ternak akan mineral dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu bibit/breed, umur, jenis kelamin, kecepatan pertumbuhan, status
fisiologis, level dan bentuk kimia mineral dalam ingesta dan interaksi dengan
mineral lain dalam ransum ( Pond, et al. 2005).
B.
Hal
hal yang diperlukan dalam penyusunan ransum
Hal hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan
ransum adalah :
1.
Kebutuhan
nutrisi ternak yang akan disusun ransumnya
2.
Komposisi
nutrisi bahan bahan pakan yang tersedia
Persamaan nilai nutrisi diperlukan dalam memadukan
keduanya. Apabila dalam tabel kebutuhan
nutrisi yang tertera adalah protein kasar, maka dalam tabel komposisi
nutrisi bahan juga tercantum nilai protein kasar. Apabila dalam tabel kebutuhan
yang tertera adalah protein tercerna, maka dalam komposisi nutrisi haruslah ada
nilai protein tercerna bahan yang akan digunakan. Apabila yang tersedia adalah
nilai protein kasar, maka formulator harus mengkonversi nilai protein kasar
tersebut menjadi nilai protein tercerna.
Formulator juga harus memperhatikan bahwa ruminansia besar menggunakan jenis/bagian hijauan yang
relatif kasar, tetapi domba kurang menyukainya, kambing lebih menyukai meramban
daun daunan yang tidak disukai domba ( Parakassi, 1999). Jadi hal ini harus
dipertimbangkan dalam memilih bahan.
Tujuan
pemberian konsentrat pada hewan yang sedang digemukkan antara lain adalah agar
ternak bersangkutan dapat cepat terjual, untuk memenuhi permintaan kualitas
karkas tertentu, untuk memanfaatkan surplus bijian yang tidak digunakan manusia.
Pembiasaan pakan konsentrat pada sapi yang belum pernah mendapat konsentrat
sebelumnya bisa dilakukan dengan (1) membiarkan hewan lapar, (2) pemberian
flavour yang disukai ternak, (3)pada saat pemberian pakan konsentrat diletakkan dibawah hijauan atau (4) kadang bisa juga
konsentrat dibasahi dengan air atau air garam
Sapi yang mendapat ransum hijauan saja akan
memiliki karkas kualitas rendah, daging kurang empuk, perlemakkanya kurang,
warna lemak lebih kuning. Sebaliknya sapi yang mendapat ransum konsentrat
dagingnya lebih empuk, citarasanya lebih disukai dan lebih palatable.
Ruminansia mampu mengubah nitrogen non protein (NPN) menjadi protein. Sumber NPN yang paling murah adalah urea. Namun penggunaannya harus dibatasi dan disertai bahan yang mengandung karbohidrat mudah terfermentasi. Urea tidak boleh digunakan melebihi 1% dari ransum atau 5% dari bijian ransum (Parakassi, 1999). Larutan tetes yang mengandung 2,5% urea bisa diberikan secara adlibitum.
Hal lain yang juga harus diingat, kadar lemak pakan ruminan yang
melebihi 7-8 % akan menyebabkan gangguan pencernaan, terutama penurunan
konsumsi yang disebabkan oleh gangguan fungsi mikroorganisme dalam rumen.
Penyusunan ransum sederhana menggunakan metode sederhana tidak
memperhitungkan kebutuhan nutrisi selain energy dan protein untuk ternak, oleh
karena itu akan lebih baik jika saat membuat campuran ditambahkan mineral dan
vitamin (premix) yang banyak beredar dipasaran. Jumlahnya disesuaikan dengan
rekomendasi produsen (biasanya 0,1-0,2% dari total konsentrat). Mineral makro
seperti Ca, P, Na, Cl, K, Mg dan S bisa ditambahkan dengan pemberian mineral
blok yang akan dijilati oleh ternak untuk memenuhi kekurangan mineral dari
ransumnya.
1.
Yang
merupakan contoh bahan pakan sumber energi dan protein yang digunakan untuk
penyusun konsentrat ruminansia...
a. CGM c. Jagung e. Sorgum
b. Jerami d. Rumput segar
2. Diantara
hijauan dibawah ini yang merupakan sumber protein dan bukan leguminosa
adalah...
a. Daun
singkong c. Daun waru e. Kacang kedelai
b. Kacang
tanah d. Alfalfa
3.
Yang
merupakan pakan yang memiliki TDN tinggi adalah....
a.
Jerami
padi c. Umbi umbian e. Rumput
b. Sekam d. Pelepah sawit
4.
Apabila
ketersediaan rumput terbatas, maka peternak bisa mencari pengganti dengan...
a. Memberikan
konsentrat saja
b. Membuat
pakan jadi tinggi energi
c. Menyusun
ransum dengan kadar protein rendah
d. Mengganti
rumput dengan pakan berserat lain
e. Mengganti
dengan dedak padi
5. Konsumsi
pakan hewan ruminansia jika diukur dalam bahan kering besarnya adalah... dari
berat badannya.
a. 1% b. 2% c. 3% d.
9% e.
10%
6. Dengan
bertambahnya umur, presentase kebutuhan protein pada ransum ternak akan
cenderung.....
a.
Meningkat c. Berfluktuasi e. Tak terukur
b. Menurun d. Tetap
7.
Kandungan
lemak pada ransum ruminansia dibatasi 4% karena apabila terlalu tinggi akan
berakibat.....
a. Menyebabkan
kegemukan d.
Menjadi lembab
b. Mengurangi
palatabilitas e.
Harganya mahal
c. Tidak
bisa diserap
8.
Pertimbangan
pemilihan bahan baku dilakukan berdasarkan...
a.
Ketersediaan d.
Kandungan nutrisi dan harga
b.
Kandungan
nutrisi, dan ketersediaan e. Kandungan
nutrisi, harga dan ketersediaan
c. Harga
dan ketersediaan